Analisis Pengaruh Postmodernisme Jean-Francois Lyotars dalam Khotbah Masa Kini.

By: Publication details: Malang: STT Satyabhakti, 2022.Penjelasan: vii, p. ilus, 29, 5 cmSubyek: LOC classification:
  • Z5055.I5  .P711 2022
Konten:
Karya tulis ini memuat hasil analisis pengaruh postmodernisme berdasarkan teori JeanFrancois Lyotard dalam lingkup khotbah-khotbah masa kini. Hal ini dilatarbelakangi oleh pergeseran paradigma mengenai kebenaran dan minat terhadap khotbah-khotbah di gereja. Fenomena ini digambarkan sebagai akibat dari era postmodern. Bagi Lyotard, postmodernisme merupakan perubahan status ilmu pengetahuan yang menolak legitimasi metanarasi. Alkitab sebagai sumber kebenaran khotbah merupakan metanarasi Kristen. Sehingga, khotbah masa kini tidak terlepas dari pengaruh postmodernisme. Melalui proses analisis dengan enggunakan metodologi penelitian kualitatif non-eksperimental dengan metode studi pustaka, ditemukan bahwa postmodernisme menurut teori Lyotard berdampak pada khotbah-khotbah masa kini. Dampak itu tidak mancakup status kebenaran Alkitab, melainkan dalam pergeseran makna, fragmentasi narasi, dan permainan bahasa yang terkandung dan digunakan dalam pemberitaan khotbah-khotbah masa kini. Kata kunci: postmodernisme, metanarasi, legitimasi, ilmu pengetahuan, kebenaran
Tag-tag dari perpustakaan ini: Tidak ada tag dari perpustakaan ini untuk judul tersebut. Log masuk untuk menambah tag
Star ratings
    Average rating: 0.0 (0 votes)
Holdings
Jenis barang Current library Nomor panggil Copy number Status Tanggal jatuh tempo Kode batang
Skripsi, Tesis dan Disertasi Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti Z5055.I5 .P711 2022 (Telusuri rak(Opens below)) 1 Not for loan 21451

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
“What will powerful preaching sound like as this twenty-first century continues to unfold?”(1) Ini merupakan pertanyaan yang membuka pendahuluan dari buku Preaching to a Postmodern World karya Graham Johnston mengenai tantangan khotbah di tengah realitas masyarakat abad ke-21 yang di dominasi oleh ketidakpercayaan atau keraguan kepada kebenaran yang bersifat objektif. Masyarakat ditawarkan dengan gagasan baru mengenai kebenaran yang bersifat jamak, lokal, dan imanen.(2) Kebenaran zaman ini diyakini berakar pada komunitas tertentu, ekspresi dari komunitas tertentu, serta menjadi aturan dasar yang bertujuan bagi kesejahteraan komunitas tertentu dan diri sendiri sebagai bagian dari komunitas.(3) Dengan pengertian ini, kebenaran yang dihasilkan akan beragam atau berbeda karena komunitas yang ada di tengah masyarakat itu beragam dan berbeda. Untuk itu, kebenaran zaman ini lebih identik dengan kebenaran yang relatif dan plural. Pergeseran gagasan pada zaman ini tidak hanya terjadi dalam keyakinan dan pemahaman akan kebenaran, melainkan dalam [hampir] seluruh bidang kehidupan manusia. Pergeseran ini terjadi karena manusia telah masuk dalam realitas baru, yaitu
(1) Graham Johnston, Preaching to a Postmodern World: A Guide to Reaching Twenty-First-Century
Listeners (Grand Rapids, Mich: Baker Books, 2001).
(2) Stanley J. Grenz, A Primer on Postmodernism: Pengantar untuk Memahami Postmodernisme
(Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001), 29.
(3) Ibid.
12 realitas aktual kehidupan abad ke-21. Lebih spesifik, seorang filsuf dan teolog Amerika bernama Diogenes Allen menuliskan, “Welcome postmodernity” untuk menyambut realitas ini sebagai era postmodern. Allen menjelaskan kondisi postmodern sebagai titik balik yang besar bagi kultur intelektual kita: A massive intellectual revolution is taking place that is perhaps as great as that which marked off the modern world from the Middle Ages. The foundations of the postmodern world are collapsing, and we are entering a post-modern world.(4) Pengaruh postmodern yang luas mengakibatkan istilah ini menjadi topik yang diperbincangkan dalam berbagai diskusi di berbagai bidang. Musik, seni rupa, fiksi, fotografi, arsitektur, antropologi, sosiologi, geografi, filsafat5, bahkan agama dan kerohanian6 tidak terlepas dari kehadiran “postmodernisme”. Cakupan pengaruh yang luas oleh postmodern menurut Stanley A. Grenz terjadi akibat holisme postmodern yang mencakup integrasi seluruh kehidupan pribadi baik perasaan, intuisi, dan kognitif.7
Kembali kepada pertanyaan Graham Johnston di awal, “What will powerful preaching sound like as this twenty-first century continues to unfold?” Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh postmodernisme juga telah masuk dalam diskursus teologi dan praktik gereja. Serta, menunjukkan bahwa gereja pada masa kini diperhadapkan dengan tugas untuk menjawab tantangan dari pengaruh postmodernisme. Perubahan cara
pandang dan pemahaman akan kebenaran pada masa kini berpengaruh terhadap berbagai hal: tatanan liturgi gereja, spiritualitas umat, dogma, ataupun khotbah. Gereja mempercayai Alkitab sebagai sumber teologi yang paling menentukan dan memiliki wewenang untuk mengajarkan kebenaran yang ada di dalamnya. Gereja juga
(4) Diogenes Allen, Christian Belief in a Postmodern World (Louisville, USA: Westminster/ John
Knox Press, 1989), 2.
(5) I. Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan bagi Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2000),
23.
(6) Grenz, A Primer on Postmodernism: Pengantar untuk Memahami Postmodernisme, 29.
(7) Ibid.3
percaya bahwa Kebenaran8 itu bersifat mutlak dan tidak mungkin salah. Dalam sepanjang sejarah gereja, Kebenaran ini diseberangkan paling banyak melalui khotbah. Bahkan, pelayanan berkhotbah telah tercatat dalam sejarah yang panjang di Alkitab. Khotbah dalam kekristenan pertama kali muncul dalam praktik Yahudi, yaitu para nabi di zaman Perjanjian Lama (PL). Di zaman PL, khotbah tidak mengambil peran utama dalam ibadah di Bait Suci, tetapi tradisi ini diteruskan oleh para rabi dan ahli Taurat dengan cara menjelaskan Alkitab kepada bangsanya.9 Pola berkhotbah Ibrani ini terus berlanjut hingga abad pertama gereja dan mulai berubah ketika “Alkitab” juga diberitakan kepada orang non-Yahudi yang berlatar belakang Yunani dan latin.(10) Di masa ini, pola berkhotbah berkembang oleh karena pengaruh retorika, tantangan dari luar gereja, dan
kebutuhan dari dalam gereja. Khotbah terus berkembang hingga abad ke-4 dan ke-5 menjadi lebih panjang dan formal oleh karena pengaruh Helenisme dan legalitas agama Kristen di hadapan Kerajaan Romawi. Namun, pada Abad Pertengahan khotbah tidak mengalami perkembangan yang berarti dan kembali mendapatkan perhatian pada masa Reformasi (± 1950-an TM) dengan mendasarkan Alkitab sebagai pusat khotbah. Namun, metode ini membuat isi khotbah menjadi tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat.(1)1 Sedangkan, pada abad ke-19, perkembangan ilmu pengetahuan membuat khotbah menjadi lebih variatif, informal, dan menarik.12 Bahkan, semakin berkembang pada abad ke-20 oleh karena perkembangan
(8) Kebenaran yang dimaksud adalah Kebenaran Allah dalam kanon Alkitab. Doktrin Ineransi Alkitab (bahasa Inggris: Biblical Inerrancy) menekankan kepada ketidakbersalahan Alkitab dalam bentuk naskah
aslinya. Sehingga, Alkitab adalah kebenaran Allah yang tidak berkesalahan dan mutlak.
(9) Hasan Sutanto, Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah (Jakarta, Indonesia: PT BPK Gunung
Mulia, 2004), 12.
(10) Ibid., 13.
(11) Ibid., 14.
(12) Ibid.4
sejarah dunia dalam politik, ekonomi, teknologi. Perkembangan itu terus berlanjut hingga masa kini—abad ke-21. Sejarah panjang dalam pelayanan berkhotbah menunjukkan betapa pentingnya mendominasi kehidupan gereja.(13) Kepentingan khotbah ini bukan sekedar terjadi karena sejarah yang panjang, melainkan menjadi ciri khas kekristenan yang berbeda dengan agama lainnya. “Preaching is characteristic of Christianity. No other religion has madethe regular and frequent assembling of groups of people, to hear religious introduction and exhortation, an integral part of divine worship,”(14) kata John A. Broadus yang dikutip
oleh R. Albert Mohler dalam buku He is Not Silent. Sejarah panjang khotbah juga turut menunjukkan adanya perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan terjadi oleh beragam sebab, seperti: legalitas agama di hadapan hukum atau pemerintahan, kebutuhan internal gereja, serangan dari luar gereja, juga adanya perubahan era/zaman. Pada masa kini, seperti kata Diogenes Allen, kita telah menyambut era postmodern. Postmodern telah membawa banyak perubahan termasuk dalam bidang pelayanan berkhotbah. Suatu khotbah pada dasarnya harus didasarkan kepada teologi yang baik sebagai hasil dari penafsiran dan dogmatika yang alkitabiah. Namun, pada masa kini ditemukan kecenderungan yang berbeda mengenai isi dan cara penyampaian khotbah—khususnya khotbah popular. Dalam hal penyampaian, khotbah masa kini menjadi begitu komunikatif, tetapi isinya lemah. Penggalian teks alkitab menjadi dangkal dan penekanan mengarah kepada
(13) Martyn Lloyd-Jones, Preaching and Preachers (Great Britain, UK: Hodder & Stoughton, 2012), 11.
(14) John A. Broadus, On the Preparation and Delivery of Sermons, vol. 4 (San Francisco, USA: Harper Collins, 1979), 3; dikutip dalam R. Albert Mohler, He is Not Silent (Chicago, USA: Moody Publishers, 2008), 24.5

nilai-nilai moral dan saran-saran praktis.(1)5 Kecenderungan ini diikuti dengan minat yang semakin besar terhadap model-model khotbah demikian. Pendengar atau dalam konteks gereja adalah jemaat masa kini memiliki kecenderungan atau minat lebih kepada khotbah yang berguna dan relevan bagi kehidupan mereka(16) dan bukan kepada muatan kebenaran Alkitab yang holistik dalam khotbah yang didengarnya.
Dalam kaitannya dengan fenomena postmodernisme, seorang tokoh penggagas filsafat postmodernisme asal Prancis bernama Jean-Francois Lyotard menyatakan hal ini terjadi karena adanya perubahan paradigma di tengah masyarakat. Gagasan ini pertama kali diperkenalkan Lyotard dalam bukunya yang berjudul “La Condition Postmoderne, Rapport sur le Savoir” (1979) atau “The Postmodern Condition: A Report on knowledge” dalam terjemahan bahasa Inggris. Isinya adalah postmodernisme sebagai penolakan terhadap segala bentuk narasi besar.17 Gagasan ini berbeda dari paradigma yang dibangun dalam era sebelumnya yang menekankan kepada totalitas dan universalisme. Sedangkan, bagi Lyotard, postmodernisme menghidupkan perbedaan-perbedaan, serta terbuka terhadap tafsiran-tafsiran baru.
(15) Benny Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah Yang Mengubah Kehidupan: Khotbah Ekspositori
(Malang: Literatur SAAT, 2009), 6-11.
(16) Lebih lanjut dapat dilihat dari hasil survei oleh Bilangan Research Center (BRC) di tahun 2018 yang berjudul Spiritualitas Generasi Muda Kristen di Indonesia. BRC melakukan survei kepada 4.095 generasi muda Kristen (15-21 tahun) dengan hasil bahwa 91.8% remaja Kristen masih rutin untuk mengikuti Ibadah. Lebih lanjut survei ini menunjukkan bahwa 59.7% diantaranya menjadikan khotbah di hari Minggu sebagai hal yang bermanfaat bagi mereka. Dilain sisi, BRC juga menyimpulkan dari hasil survei mereka bahwa remaja yang mendapatkan khutbah yang tidak berguna dan tidak relevan bagi hidup mereka akan 6 kali lebih mungkin untuk meninggalkan gereja. Ditulis oleh Handi Irawan D. dan Cemara A. Putra, Gereja Sudah Tidak Menarik bagi Kaum Muda. E-Article: https://bilanganresearch.com/gereja-sudah-tidak-menarikbagi-kaum-muda.html
(17) Narasi besar atau Metanarasi (Sire: worldview) merupakan narasi utama tunggal ya(ng dipakai untuk menempatkan atau mencocokkan segala sesuatu yang dipercayai secara universal dan total. Dalam
modernisme ilmu pengetahuan ilmiah (sains) sebagai salah satu wacana (discourse), diklaim sebagai satusatunya jenis pengetahuan yang valid. Namun, sains tidak dapat melegitimasi klaim tersebut berdasarkan
pada konsensus para ahli. Sains kemudian dilegitimasi dengan merujuk kepada narasi-narasi seperti
dialektika Roh, hermeneutika makna, emansipasi subjek yang rasional, dan penciptaan kesejarahan manusia
Sederhananya, postmodernisme tidak lagi mempercayai narasi utama tunggal yang bersifat universal atau
berlaku secara menyeluruh. Narasi dalam postmodernisme bersifat lokal dan beragam. Jean Francois Lyotard, The Postmodern Condition: A Report on Knowledge, 1989:6 Istilah postmodernisme digunakan untuk menggambarkan fenomena budaya dalam lingkup yang lebih luas dan dalam banyak aspek lainnya.18 Untuk itu, metanarasi dalam teori postmodernisme Lyotard dipandang sebagai pengembangan sejarah menuju banyak tujuan yang memperluas kepekaan terhadap pandangan yang berbeda. Serta, memperkuat
kemampuan untuk bertoleransi atas pendirian yang tak mau dibandingkan. Dalam kaitannya dengan khotbah, postmodernisme memberikan pengaruh kepada khotbah untuk membumi tanpa kehilangan kebenaran.19 Hal ini serupa dengan pandangan Tisdale tentang khotbah, katanya: Our quest, then is for preaching that is more intentionally contextual in nature—that is preaching which not only gives serious attention to the interpretation of biblical texts, but which give equally serious attention to the interpretation of congregations and their sociocultural context: preaching which not only aims toward greater “faithfulness” to the gospel of Jesus Christ, but which also aims toward greater “fittingness” (in content, form and style) for a particular congregation gathering of hearers.(20) Tisdale menganjurkan untuk pengkhotbah tidak semata-mata setia kepada Injil Yesus Kristus, tetapi juga turut menyesuaikan kepada konteks, bentuk, dan gaya mendengar masa kini dalam mengkhotbahkan isi Alkitab. Khotbah tidak boleh mengabaikan hakikat doktrin yang solid.(21) Di sisi lain, khotbah perlu sampai kepada pendengar. Untuk itu, melihat kepada beberapa fenomena masa kini—khotbah popular sarat akan hal praktis tanpa struktur teologi yang jelas, serta pendengar yang cenderung menyukai khotbah praktis—menghasilkan ketertarikan untuk meneliti lebih lanjut mengenai hal ini. Adanya fenomena khotbah yang dipengaruhi oleh postmodernisme diteliti dengan cara: pertama, menjabarkan paradigma postmodernisme
(18) Grenz, A Primer on Postmodernism: Pengantar untuk Memahami Postmodernisme., 26.
(19) Ali Maksum, Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Cetakan I.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 319-321.
(20) Leonora Tubbs Tisdale, Preaching as Local Theology and Folk Art (Minneapolis, USA: Fortress
Press, 1997), 32-33.
(21) Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah Yang Mengubah Kehidupan: Khotbah Ekspositori., 7.7

menurut teori Jean-Francois Lyotard; kedua, menjabarkan karakteristik khotbah Alkitabiah; ketiga, meneliti sejauh mana pengaruh postmodernisme dalam khotbah masa kini.
Fokus Penelitian
Pembahasan mengenai topik Postmodernisme sangatlah luas. Hal itu terlihat dari penggunaan istilah postmodernisme dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan, seperti musik, seni rupa, fiksi, fotografi, arsitektur, antropologi, sosiologi, geografi, dan filsafat.(22)
(22) Sugiharto, 238
Untuk itu, fokus penelitian karya tulis dibatasi pada lingkup khotbah masa kini. Serta, membatasi pembahasan postmodernisme dari teori Jean-Francois Lyotard.
Analisis
pengaruh postmodernisme dalam khotbah di dalam karya tulis ini dihasilkan melalui pengamatan dan penyelidikan dengan menggunakan teori yang sesuai dengan permasalahan, yaitu teori postmodernisme Lyotard dan teori-teori khotbah alkitabiah.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apa itu postmodernisme menurut Jean-Francois Lyotard?
2. Apa itu khotbah yang Alkitabiah?
3. Bagaimanakah bentuk pengaruh postmodernisme dalam khotbah-khotbah masa kini?
Tujuan Penulisan
Dalam karya tulis ini, ada tiga tujuan yang telah dicapai oleh penulis, yaitu:
1. Menjelaskan postmodernisme menurut Jean-Francois Lyotard
2. Menjelaskan prinsip khotbah Alkitabiah
3. Menjelaskan sejauh mana pengaruh postmodernisme dalam khotbah masa kini.
Manfaat Penelitian
Karya tulis ini diharapkan memberi sumbangsih pemikiran kepada para teolog Kristen dalam kaitannya dengan sejauh mana pengaruh postmodernisme ke dalam khotbah masa kini ataupun batasan-batasan dalam mengaitkan postmodernisme dan khotbah.
Karya tulis ini juga diharapkan memberikan sumbangsih dalam gereja, khususnya para pengkhotbah untuk menyampaikan khotbah yang efektif dan alkitabiah di era postmodern. Serta, kepada jemaat untuk dapat lebih selektif dalam menerima pengajaran, khususnya lewat khotbah-khotbah yang didengar baik di gereja maupun media sosial.
Sistematika Penulisan
Bab I (Satu) merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II (Dua) berupa studi pustaka yang menyajikan pandangan postmodernisme secara umum, biografi dan teori postmodernisme Jean-Francois Lyotard. Serta, menyajikan prinsip khotbah alkitabiah yakni isi dan komunikasinya.
Bab III (Tiga) berisi metodologi penelitian berupa alasan penggunaan metode kualitatif non-eksperimental, instrumen penelitian, sumber data, dan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini.
Bab IV (Empat) menyajikan diskusi mengenai pengaruh paradigma postmodernisme Lyotard dalam beberapa khotbah populer masa kini.
Bab V (Lima) merupakan penutup yang menyajikan kesimpulan dan saran

DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP .. i
LEMBAR PERSETUJUAN .. ii
LEMBAR PENGESAHAN .. iii
KATA PENGANTAR .. iv
DAFTAR ISI .. vi
ABSTRAKSI .. ix
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah .. 1
Fokus Penelitian .. 7
Rumusan Masalah .. 7
Tujuan Penulisan .. 7
Manfaat Penelitian .. 8
Sistematika Penulisan .. 8
BAB II STUDI PUSTAKA
Postmodernisme .. 9
Jean-Francois Lyotard .. 13
Postmodernisme Lyotard .. 16
Perubahan Status Ilmu Pengetahuan .. 17
Penolakan terhadap Metanarasi .. 20
Language Game, Differend, The Sublime .. 25
Khotbah Masa Kini .. 29
Khotbah Alkitabiah .. 32
Isi Khotbah .. 34
Alkitab sebagai Sumber Kebenaran .. 35
Alkitab sebagai Kisah Agung .. 37
Komunikasi Khotbah .. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Alasan Menggunakan Metode Kualitatif Non-Eksperimental .. 42
Instrumen Penelitian .. 43
Sumber Data .. 43
Teknik Pengumpulan Data .. 43
BAB IV PEMAPARAN HASIL ANALISIS
Postmodernisme dan Khotbah Masa Kini .. 45
Pemaparan Khotbah Masa Kini .. 49
Khotbah 1 .. 49
Khotbah 2 .. 50
Khotbah 3 .. 51
Khotbah 4 .. 51
Khotbah 5 .. 52
Khotbah 6 .. 52
Khotbah 7.. 53
Khotbah 8 .. 53
Pergeseran Makna .. 53
Fragmentasi Narasi .. 57
Permainan Bahasa .. 58
BAB V PENUTUP
Kesimpulan .. 60
Saran .. 62
Bagi Pengkhotbah .. 62
Bagi Jemaat .. 62
Bagi Pengembangan Penelitian .. 62
DAFTAR PUSTAKA .. 63

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adian, Donny Gahral. Arus Pemikiran Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra, 2001.
Agustine. On Christian Doctrine. New York, USA: Bobbs-Merrill, 1958.
Anderson, Kenton C. Choosing to Preach: A Comprehensive Introduction to Sermon Options and Structures. Grand Rapids, Mich: Zondervan, 2006.
Bauckham, Richard. Bible Mission: Christian Witness in a Postmodern World. Grand Rapids, USA: Baker, 2003.
Bertens, K. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jilid 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Bickis, Heidi. Rereading Jean Francois Lyotard: Essay on His Latter Works. London, Inggris: Routledge, 2013.
Braga, James. Cara Mempersiapkan Khotbah. Malang: Gandum Mas, 2006.
Broadus, John. On the Preparation and Delivery of Sermons. Vol. 4. San Francisco, USA: Harper Collins, 1979.
Brooks, Phillips. Lectures on Preaching. London, Inggris: Griffith, Farrar & Co., 1877.
Brown, Jeannine K. Scripture as Communication: Introducing Biblical Hermeneutics. Grand Rapids, USA: Baker Academic, 2007.
Butler, Christopher. Postmodernism: A Very Short Introduction. New York, USA: Oxford University press, 2002.
Crampton, W. Gary. Alkitab: Firman Allah. Surabaya: Penerbit Momentum, 2000.
Fant, Clyde E. Preaching for Today. 1st ed. New York: Harper & Row, 1975.
Fasol, Al. Essentials for Biblical Preaching: An Introduction to Basic Sermon Preparation. Grand Rapids, USA: Baker Book House, 1989.
Gaut, Willy. Filsafat Postmodernisme Jean-Francois Lyotard: Tesis-Tesis Kunci Dan Masalah Status Pengetahuan. Maumere: Penerbit Ledalero, 2011.
Grenz, Stanley J. A Primer on Postmodernism: Pengantar untuk Memahami Postmodernisme. Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1995.
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal Dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press, 2010.
Hidayat, Medhy Aginta. Menggugat Modernisme: Mengenali Rentang Pemikiran Postmodernisme Jean Baudrillard. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Horton, Michael Scott. The Christian Faith: A Systematic Theology for Pilgrims on the Way. Grand Rapids, Mich: Zondervan, 2011.
I. Bambang Sugiharto. Postmodernisme: Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Jensen, Richard A. Thinking in Story: Preaching in a Post-Literate Age. Lima, Ohio: C.S.S. Pub, 1993.
Johnston, Graham. Preaching to a Postmodern World: A Guide to Reaching Twenty-FirstCentury Listeners. Grand Rapids, Mich: Baker Books, 2001.
Keener, Craig S. Spirit Hermeneutics: Menafsirkan Firman Allah Dalam Terang Roh Kudus. Malang: Gandum Mas, 2022.
Lechte, John. Fifty Key Contemporary Thinkers from Structuralism to Postmodernity. London, Inggris: Routledge, 1994.
Lee, D. W. Khotbah Ekspositori Yang Membangun Pendengar. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2000.
Lloyd-Jones, Martyn. Preaching and Preachers. Great Britain, UK: Hodder & Stoughton, 2012.
Lyotard, Jean-Francois. Kondisi Era Postmodern. Yogyakarta: Panta Rhei Books, 2003.
———. Lesson on the Analytic of the Sublime. California, USA: The Board of Trustees of the Leland Stanford Junior University, 1994.
———. The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. Minneapolis, USA: University of Minnesota Press, 1984.
MacArthur, John, ed. Biblical Doctrine: A Systematic Summary of Bible Truth. Wheaton, Illinois: Crossway, 2017.
———. The MacArthur Study Bible: English Standard Version. Wheaton, USA:66 Crossway, 2010.
MacArthur Jr., John. Rediscovering Expository Preaching: Balancing the Science and Art of Biblical Expository. Edited by Richard L Mayhue. Dallas, USA: Word, 1992.
Maksum, Ali. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme. Cetakan I. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Malpas, Simon. Jean Francois Lyotard. New York, USA: Routledge, 2003.
Mantra, Ida Bagoes. Filsafat Penelitian Dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
McClure, John S. Firman Pemberitaan 144 Istilah Penting Dalam Homiletika. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2012.
McGuigan, Jim. Modernity and Postmodern Culture. New York, USA: Open University Press, 2006.
Miller, Calvin. Spirit, Word and StoryL A Philosophy of Marketplace Preaching. Grand Rapids, USA: Baker Books, 1996.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998.
O’Donnell, Kevin. Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Parker, T. M. L. The Oracles of God. London, Inggris: Lutterworth Press, 1947.
Readings, Bill. Introducing Lyotard: Art and Politics. New York, USA: Routledge, 1991.
Rothlisberger. Homiletika Ilmu Berkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1967.
Senduk, H. L. Pengkhotbah Yang Dinamis. Jakarta: Yayasan Bethel, 2009.
Sibarani, Yosua. Panggilan Berkhotbah: Kiat Mempersiapkan Dan Menyampaikan Khotbah Alkitabiah. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2021.
Sittler, Joseph. The Anguish of Preaching. Philadelphia, USA: Fortress Press, 1966.
Solihin, Benny. 7 Langkah Menyusun Khotbah Yang Mengubah Kehidupan: Khotbah Ekspositori. Malang: Literatur SAAT, 2009.
Stott, John R. W. Between Two Worlds: The Art of Preaching in the Twenty Century. Grand Rapids, USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1997.
Stott, John R. W., and Greg Scharf. Tantangan Dalam Berkhotbah: Menyiapkan Dan Mempraktikkan Khotbah Alkitabiah. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013.
Stuart, Douglas, and Gordon D. Fee. Hermeneutik: Menafsirkan Firman Tuhan Dengan Tepat. Malang: Gandum Mas, 2021.
Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif: Termasuk Riset Teologi Dan Keagamaan. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004.
———. Sabda Dalam Kata. 1st ed. Bandung: Kalam Hidup, 2000.
Sugiharto, I. Bambang, and Agustinus Rachmat Widianto. Wajah Baru, Etika & Agama. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2018.
Sutanto, Hasan. Homiletik: prinsip dan metode berkhotbah. Jakarta, Indonesia: PT BPK Gunung Mulia, 2004.
Tubbs Tisdale, Leonora. Preaching as Local Theology and Folk Art. Minneapolis, USA: Fortress Press, 1997.
Vines, Jerry, and Jim Shaddix. Homiletika: Kuasa Dalam Berkhotbah. Malang: Gandum Mas, 2002.
E-Book
Ahmed, Akbar S. Postmodernisme: Bahaya Dan Harapan Bagi Islam. Bandung: Mizan, 1992.
Allen, Diogenes. Christian Belief in a Postmodern World. Louisville, USA: Westminster/ John Knox Press, 1989.
Davis, Ellen F., dan Richard B. Hays, ed. The Art of Reading Scripture. Grand Rapids, USA: Eerdmans, 2003.
Ikhwanuddin. Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam Arsitektur. Bulaksumur, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.
Kant, Immanuel. Critique of Judgement. New York, USA: Oxford University press, 2007.
Knox, John. The Integrity of Preaching. New York, USA: Abingdon Press, 1957.
Lowry, Eugene L, and Eugene L Lowry. The Homiletical Plot, Expanded Edition: The 68 Sermon as Narrative Art Form, 2001. Accessed July 17, 2022.
https://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&scope=site&db=nlebk&db=nlabk&AN=942855.
Lyotard. The Differend: Phrases and Dispute. Manchester, Inggris: Manchester University Press, 1988.
Lyotard, Jean-Francois, dan Jean-Loup Thébaud. Just Gaming. Minneapolis, USA: University of Minnesota Press, 1985.
Marguerat, Daniel, and Yvan Bourquin. How to Read Bible Stories: An Introduction to Narrative Criticism. London, Inggris: SCM Press, 1999.
Mohler, R. Albert. He Is Not Silent: Preaching in a Postmodern World. Chicago: Moody Publishers, 2008.
Smith, James K. A. Who’s Afraid of Postmodernism?: Taking Derrida, Lyotard, and Foucault to Church. Grand Rapids, USA: Baker Academic, 1984.
Toynbee, Arnold, dan David Churchill Somervell. A Study of History. Facsimile. New York, USA: Oxford University press, 1987.
Jurnal
Al Azis, Muhammad Rachdian. “Dialektika Hegel (Tesis-Antitesis-Sintesis) dalam Etika dan Filsafat Berkomunikasi Era Kontemporer.” Jurnal Komunikasi 12, no. 2 (September 29, 2021): 117–122.
Albertus, Harsawibawa. “Estetika Menurut Immanuel Kant.” Universitas Indonesia, 1997.
Amiruddin, Muhammad. “Ilmu Menurut Nurcholish Madjid dalam Perspektif Postmodernisme Jean Francois Lyotard.” Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam 3, no. 2 (September 21, 2020): 1–34.
Boring, M. Eugene. “Biblical Theology and Preaching: A Yogyakarta of Resources.” Interpretation: A Journal of Bible and Theology 70, Yogyakarta. 4 (October 2016): 458–471.
Goheen, Michael W. “The Urgency of Reading the Bible as One Story.” Theology Today 64, Yogyakarta. 4 (Yogyakarta 2008): 469–483.
Huie, Janice Riggle. “Biblical Preaching” (1973): 26–33.
Moa, Antonius. “Sebuah Arus di dalam Zaman Kita.” Jurnal Filsafat (2005): 12
Sim, Stuart. “Knowledge.” In The Lyotard Dictionary, 149–150. Edinburg, Skotlandia: Edinburg University Press, 2011.
Suryady, Robertus. “Pengaruh Khotbah Alkitabiah dari Pengkhotbah Terhadap Intensitas Beribadah” 3, no. 1 (2022): 13.
Susanto, Josep. “Langkah Pewartaan Yang Mujarab: Belajar Dari Umat Israel Di Pembuangan” 8. 2 (Juni 2008).
Weyermann, Andrew M. “Biblical Preaching.” Currents in Theology and Mission. 27 (April 2, 2000): 106–111.
Wilson, Paul Scott. “Postmodernity and Preaching” (2014): 10.
Skripsi
Tombokan, Christy Colleen. “Alasan-Alasan Seorang Pengkhotbah Memilih Bentuk Khotbah.” Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, 2017.

Karya tulis ini memuat hasil analisis pengaruh postmodernisme berdasarkan teori JeanFrancois Lyotard dalam lingkup khotbah-khotbah masa kini. Hal ini dilatarbelakangi oleh pergeseran paradigma mengenai kebenaran dan minat terhadap khotbah-khotbah di gereja. Fenomena ini digambarkan sebagai akibat dari era postmodern. Bagi Lyotard, postmodernisme merupakan perubahan status ilmu pengetahuan yang menolak legitimasi metanarasi. Alkitab sebagai sumber kebenaran khotbah merupakan metanarasi Kristen. Sehingga, khotbah masa kini tidak terlepas dari pengaruh postmodernisme. Melalui proses analisis dengan enggunakan metodologi penelitian kualitatif non-eksperimental dengan metode studi pustaka, ditemukan bahwa
postmodernisme menurut teori Lyotard berdampak pada khotbah-khotbah masa kini. Dampak itu tidak mancakup status kebenaran Alkitab, melainkan dalam pergeseran makna, fragmentasi narasi, dan permainan
bahasa yang terkandung dan digunakan dalam pemberitaan khotbah-khotbah masa kini.
Kata kunci: postmodernisme, metanarasi, legitimasi, ilmu pengetahuan, kebenaran

There are no comments on this title.

to post a comment.

Powered by Koha