Studi Komparatif Konsep Penderitaan dalam Ajaran Agama Buddha dan Kristen.

By: Publication details: Malang: STT Satyabhakti, 2023.Penjelasan: xii, 122p. Hard Cover 29,5 cmSubyek: LOC classification:
  • Z5055.I5  .P737 2023
Konten:
Penderitaan adalah sebuah peristiwa yang dialami oleh manusia, baik manusia yang hidup pada zaman dahulu, pada zaman sekarang, maupun pada masa yang akan datang. Penderitaan terjadi karena beragam sebab. Penderitaan dapat terjadi karena disebabkan oleh bencana alam, penyakit, wabah, kejahatan serta peristiwa yang terjadi ke dalam hidup manusia mendapatkan beragam respon. Ada yang memberikan respon dengan baik, sehingga dapat melewati penderitaan. Ada yang memberikan respon negatif sampai mengakibatkan bunuh diri. Ketika manusia memberikan respon terhadap persoalan hidup, manusia cenderung akan memilih agama sebagai referensi untuk menghadapi penderitaan, dan agama memiliki berbagai cara dalam menghadapi penderitaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Pada penelitian ini penulis meneliti konsep penderitaan di dalam Agama Buddha Theravada dalam Empat Kebenaran Mulia, dan Konsep penderitaan di dalam Agama Kristen untuk mengetahui persamaan dan perbedaan di dalam konsep penderitaan yang ada pada kedua agama ini. Dalam mengkaji penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka terhadap sumber-sumber untuk mendapatkan konsep Empat Kebenaran Mulia dari Agama Buddha Theravada, dan konsep penderitaan di dalam Kekristenan, baik melalui sumber buku, maupun sumber-sumber internet; baik dalam bentuk jurnal, ataupun sumber pendukung lainnya untuk mendapatkan perbandingan konsep dari kedua agama ini dengan utuh, yang berguna bagi implikasi misiologis bagi gereja, dan untuk memperkaya literatur perbandingan agama. Dari hasil penelitian ini konsep penderitaan di antara Agama Buddha dan Kristen memiliki perbedaan. Perbedaan konsep penderitaan dalam Agama Buddha dan Kristen terdapat pada penyebab penderitaan, cara mengatasi penderitaan, dan akhir dari penderitaan. Penyebab Penderitaan dalam Agama Kristen seperti penderitaan yang terjadi karena dosa, roh jahat, ujian iman, misteri Allah, tidak terdapat di dalam Agama Buddha. Dalam Agama Buddha penyebab penderitaan adalah ketidaktahuan akan konsep Empat Kebenaran Mulia yang tidak terdapat di dalam Agama Kristen. Perbedaan terhadap cara menyelesaikan penderitaan juga berbeda antara Agama Buddha dengan Agama Kristen. Cara menyelesaikan penderitaan di dalam Agama Kristen merupakan inisiatif Allah yang sudah direncanakan sebelum penderitaan terjadi ke dalam hidup manusia, dengan memelihara umatnya di dalam Perjanjian Lama, dan memberikan dirinya sebagai korban pengganti, menggantikan manusia melalui penderitaan, dan kematian supaya manusia terlepas dari penderitaan secara penuh saat Yesus datang kembali kedua kali yang tercatat di dalam Perjanjian Baru. Cara menyelesaikan penderitaan di dalam Agama Buddha adalah dengan menggunakan disiplin yang ketat oleh manusia dengan mengetahui Empat Konsep Kebenaran Mulia, dan menjalani disiplin Delapan Jalan Mulia. Agama Buddha dan Kristen juga berbeda pada akhir penderitaan. Akhir penderitaan di dalam Agama Buddha adalah nibbana, sebagai kebahagian sejati, sedangkan di dalam Agama Kristen akhir penderitaan adalah hidup bersama-sama dengan Allah di langit dan bumi baru. Meskipun terdapat perbedaan namun konsep penderitaan dalam Agama Buddha dan Kristen memiliki persamaan. Persamaan tersebut adalah tanha, yang dikenal di dalamxii Kekristenan dengan keinginan daging. Kedua keinginan ini sama-sama menghasilkan penderitaan di dalam kehidupan manusia, meskipun terdapat perbedaan yang terletak kepada Agama Buddha yang menganggap sepenuhnya keinginan akan membawa kepada penderitaan, sedangkan di dalam Kekeristenan hanya keinginan daging atau keinginan jahat yang menjadi sebuah perilaku dan melahirkan dosalah yang menyebabkan penderitaan. Kekristenan juga memperbolehkan akan keinginan seks kepada pasangan dan melakukannya di dalam pernikahan. Hal ini berbeda dengan Agama Buddha, Agama Buddha melarang sebuah keinginan bahkan sampai kepada hubungan seks jika ingin benar-benar merealisasikan nibbana. Seks memang diperbolehkan dalam hubungan pernikahan rumah tangga tetapi tidak akan dapat merealisasikan nibbana, yang berujung kepada kelahiran kembali yang berulang-ulang, yang pada akhirnya akan selalu mengalami penderitaan. Persamaan penyebab penderitaan ini dapat menjadi titik temu bagi Kristen untuk membawa berita kepada anugerah keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, yang memberikan sebuah pandangan baru dalam menyikapi penderitaan dengan kehidupan yang telah ditebus oleh pengorbanan Yesus Kristus sehingga dapat menikmati anugerah keselamatan pada saat ini dan berpijak kepada pengharapan kepada kedatangan Yesus kali kedua dan menerima secara penuh keselamatan dan hidup di dalam kebahagian bersamasama dengan Allah. Kata Kunci: Penderitaan, Kristen, Buddha, Empat Kebenaran Mulia, Keselamatan, Nibbana, Langit dan Bumi Baru
Tag-tag dari perpustakaan ini: Tidak ada tag dari perpustakaan ini untuk judul tersebut. Log masuk untuk menambah tag
Star ratings
    Average rating: 0.0 (0 votes)

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penderitaan adalah salah satu fakta universal yang dihadapi oleh umat manusia. Penderitaan ada, melingkupi, dan mewarnai hayat setiap insan, oleh karena itu dapat dimengerti bahwa penderitaan dialami oleh semua orang, baik yang muda ataupun yang tua.(1) Penderitaan juga melampaui horison waktu, ia ada sejak zaman dahulu kala sampai sekarang dan juga di masa mendatang.2 Hal ini dapat kita resapi dari berbagai fakta-fakta di masa lalu dan fakta-fakta terkini yang tengah terjadi.3 Beberapa fakta penderitaan yang terjadi saat ini adalah pandemi Covid-19 yang menimpa seluruh belahan dunia telah berdampak pada semua sektor kehidupan manusia,4 dan pecahnya perang antara Rusia dengan Ukraina yang berimbas pada resesi ekonomi global telah menghantam semua
(1) Jessica Layantara Dan Dhimas Anugrah, Bebas Dari Belenggu Penderitaan: Sebuah Pemikiran Filsafat Teologis (Pasuruan: Penerbit Qiara Media, 2022), Xv.
(2) Bedjo Lie, “Penderitaan Menurut Agama Buddha: Sebuah Tinjauan Kritis Dari Perspektif Kristen,” Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan 7, No. 2 (Oktober 2006): 22–23.
(3) Tragedi Holocaust Yang Terjadi Di Jerman, Dimana Orang-Orang Yahudi Yang Tinggal Di Eropa di Siksa Bahkan Sampai Di Bunuh Pada Masa Pemerintahan Adolf Hitler. Tragedi Ini Merupakan Salah Satu Tragedi Yang Mengerikan Yang Pernah Dicatat Oleh Sejarah. Contoh Yang Lain, Selain Tragedi Holocaust Adalah Black Death. Black Death Adalah Sebuah Wabah Yang Terjadi Pada Abad Ke-14, Dimana Wabah Ini Membunuh Jutaan Manusia di Seluruh Dunia. Kematian terjadi karena Terinfeksi Bakteri Yersinia Pestis. Roosita Cindrakasih, “Dampak Covid-19 Terhadap Sosial Budaya Dan Gaya Hidup Masyarakat,” Jurnal Public Relation-Jpr. 2, No. 2 (Oktober 2021): 87–88.
(4)Pernyataan pandemi Covid-19 pada 11 Maret 2020 menunjukkan bahwa penyakit ini telah menginfeksi begitu banyak populasi di berbagai negara. Data dari Johns Hopkins University Dan Medicine's Coronavirus Resource Center per 25 Maret 2020 menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 telah menyebar ke 175 negara Dan terdapat 425.493 kasus infeksi. Indonesia sendiri tidak terhindar dari penyebaran Covid-19 Pada 2 Maret 2020, ada dua kasus pertama Covid-19 masuk ke Indonesia (Kompas.Com, 3 Maret 2020). Hanya dalam tiga minggu, hingga 25 Maret 2020, 790 kasus terkonfirmasi di Indonesia. Angka tersebut menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 sangat cepat di Indonesia. Per 15 April 2020, terdapat 4.839 kasus terkonfirmasi dengan tingkat kematian 9,5 persen (459 orang). Selain itu, 34 provinsi dinyatakan terjangkit Covid-19, dengan 5 provinsi dengan kasus terkonfirmasi melebihi 100 orang, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Dan Sulawesi Selatan. Tuti Marjan Fuadi1, Irdalisa2, “Covid 19: Antara Angka Kematian Dan Angka Kelahiran” 1, No. 3 (November 2020): 199–211.2 sendi-sendi kehidupan manusia dan tidak dipungkiri telah mengakibatkan penderitaan global.(5) Di belahan tanah air Indonesia, belakangan berbagai bencana alam terjadi, seperti: gempa di Cianjur dan Garut, kemudian erupsi gunung semeru dan banjir di Sinowidodo,
Pati, Jawa Tengah telah melulantahkan berbagai sektor kehidupan masyarakat setempat. Sejumlah fakta tersebut seolah-olah hendak menunjukkan bahwa penderitaan itu sebenarnya adalah fakta yang bukan hanya universal tetapi juga seolah-olah abadi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.(6) Dengan kata lain, tragedi-tragedi yang terjadi di dalam dunia memperlihatkan manusia dan penderitaan pada hakikatnya harus berjalan berdampingan. Sebagai bagian dari perjalanan kehidupan manusia, tentunya fakta penderitaan akan mendapat respon yang beragam. Ada orang-orang yang meresponi penderitaan dengan sikap pasrah karena memandang bahwa penderitaan diizinkan oleh kedaulatan Allah.(7) Namun demikian, ada berbagai respon yang cenderung negatif, seperti panik, psikomatik, histeris, depresi dan bahkan sampai pada tindakan bunuh diri. Di belahan masa lalu,
Albert Camus (1913-1960), dalam bukunya yang terkenal, La Peste (The Plague, Sampar), yang ditulis 1947 pernah mencatatkan adanya perasaan takut yang mendalam karena kejadian itu.8 Contoh kasus di masa kini yang tidak kalah menarik untuk diperhatikan
(5) Dampak Dari Resesi Ini Adalah Phk Besar-Besaran Kepada Karyawan, Kemudian Akan Ada Peningkatan Kemiskinan (Kemiskin n Merupakan Akibat Dari Phk Besar-Besaran, Sehingga Masyarakat Kehilangan Sumber Pendapatan), Dan Rupiah Melemah. Hesti Retno Wahyuni, “Ngeri! Ini Penyebab Resesi 2023 Dan Cara Menghadapinya”, Finansialku.Com, Diakses Tanggal 29 November, 2022, Https://Www.Finansialku.Com/Resesi-2023.
(6 )Ibid.
(7)Esther Gunawan, “Meneropong Makna Penderitaan Manusia Menurut Konsep Teodise C.S. Lewis,” Jurnal Veritatis 16, No. 1 (June 2017): 17–31.
(8) Di bulan april 1849, puluhan ribu tikus tiba-tiba berkeliaran sempoyongan di siang hari dan tidak lama kemudian entah kenapa tikus-tikus tersebut tergeletak mati di tengah kota oran, sebuah kota pelabuhan
yang gersang dan tidak berpohon di sebelah barat laut aljazair, afrika utara. kematian tikus yang jumlahnya
begitu banyak diikuti dengan merebaknya wabah pes atau sampar dengan akibat berjangkitnya penyakit
kolera yang menyerang penduduk setempat, terutama anak-anak. seperti biasa, timbullah reaksi histeris
berupa kepanikan dan ketakutan pada masyarakat waktu itu, apalagi selain penderitaan karena kolera, satu
per satu warga oran bertumbangan dan meninggal dunia. itulah narasi awal yang diceritakan oleh albert3
tentang respon manusia akan penderitaan adalah maraknya kasus bunuh diri di daerah kabupaten gunung kidul, jawa tengah.9 Salah satu pemicu utama kasus bunuh diri tersebut adalah rendahnya ketahanan dalam menghadapi permasalahan hidup yang mereka hadapi. Fakta tersebut ditunjukkan oleh temuan Ayu Ariyana Mulyani dan Wahyu Eridiana, sebagai berikut: “Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka bunuh diri di Gunung kidul yaitu faktor individu, di mana masyarakat tertutup ketika menghadapi masalah dan
kurang mampu meresolusi masalah yang dihadapi. Faktor sosial, di mana masyarakat jauh dari keluarga dan rendahnya mobilitas. Faktor ekonomi, di mana masyarakat masih banyak yang bekerja keras di usia lanjut dan terserang sakit menahun.”(10) Tiap respon akan keadaan merupakan dasar seseorang menjalani hidupnya dan responrespon tersebut sangat menentukan jalannya kehidupan dari setiap orang.11 Contoh-contoh
kasus di atas menunjukkan dengan jelas bahwa respon terhadap penderitaan pada dasarnya terlahir dari pemaknaan akan esensi penderitaan itu sendiri. Pemikiran ini pada gilirannya menegaskan bahwa sangat penting untuk memiliki suatu pandangan yang benar terhadap masalah yang dihadapi, baik secara komunal atau personal, baik itu dampak dari bencana camus (1913-1960), dalam bukunya yang terkenal, la peste (the plague, sampar), yang ditulis 1947 dan membuatnya memenangkan hadiah nobel bidang sastra tahun 1957. karya tulis camus ini berusaha menggambarkan kerasnya kehidupan, suasana peperangan, dan kehampaan masa depan, teristimewa ketika manusia ditimpa penderitaan dan kematian disebabkan oleh epidemi bakteri kolera yang misterius itu. Daniel Lukas Lukito, Iman Kristen Di Tengah Pandemi: Hidup Realistis Ketika Penderitaan Dan Kematian Merebak, (Malang: Lp2m Stt Saat, 20220) (9)
(9) Merujuk pada data kejadian bunuh diri di gunungkidul yang diolah oleh yayasan imaji (inti mata
jiwa) berdasarkan data yang diperoleh dari polres kabupaten gunung kidul, mencatat kasus bunuh diri terus
meningkat sejak tahun 2001 s.d. 2007 dan kasus terbanyak yang pernah terjadi yaitu pada tahun 2007 yang
mencapai 39 kasus. Kemudian jumlah bunuh diri dilihat dari 511 sosietas, vol. 8, no. 2, 2018 sebaran
kejadian per wilayah kecamatan dalam rentang tahun 2015-2017 (sampai bulan mei), kejadian bunuh diri
banyak terjadi di wonosari yang merupakan ibu kota kabupaten dan menjadi salah satu wilayah
perkembangan sosial, ekonomi dan budaya gunungkidul (jalur transportasi utama). Dalam kurun waktu dua
tahun lebih lima bulan, terjadi 12 kasus bunuh diri di kecamatan wonosari. Ayu Ariyana Mulyani, Wahyu
Eridiana, Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul, Sosietas, Vol. 8, No.
2, 2018
(10) Ibid.
(11) Alfonsu Ara, Upaya Mencari Gambaran Yesus (Kemdikbud.Go.Id), ( Diakses Tanggal 21-11- 2022), Hal. 4.4
alam, ataupun penderitaan yang diakibatkan oleh penyakit, orang lain, atau bahkan diri sendiri.
Referensi yang sahih sangat dibutuhkan untuk menolong seseorang dapat memaknai dengan benar akan esensi fakta penderitaan yang dialaminya. Referensi tersebut pada dasarnya ada dalam agama. Ajaran agama dapat menjadi referensi yang baik untuk memaknai penderitaan karena dalam dirinya agama mengandung sejumlah makna yang sangat penting baik untuk seorang individu maupun untuk masyarakat pada
umumnya.(12) Dalam konteks pemikiran agama, tema penderitaan tersebut dijelaskan dalam konsep Teodice atau Theodicea. Teodice atau Theodicea adalah penjelasan-penjelasan religius yang memberikan makna kepada pengalaman-pengalaman kontradiktoris yang mengancam sistem makna kelompok.13 Agama-agama yang ada tentunya memiliki penjelasan yang relatif beragam terhadap fakta penderitaan ini, tetapi keinginan untuk menemukan arti dari pengalaman-pengalaman kontradiktoris itu bersifat universal.14 Salah
satu contoh perbandingan konsep penderitaan yang menarik untuk diperhatikan dan dibandingkan dengan kekristenan adalah ajaran Agama Buddha. Tema penderitaan mendapatkan perhatian yang penting di dalam Agama Buddha. Tema penderitaan dapat ditemukan dalam Konsep Empat Kebenaran Mulia, yang merupakan ajaran inti dan dasar dari ajaran-ajaran Agama Buddha. suatu ajaran yang mengajarkan manusia untuk terlepas dari penderitaan dan membawa manusia ke tempat yang tidak ada lagi penderitaan. Tidak
(12) “Baik individu maupun kelompok sosial menggunakan agama untuk memberi makna pada eksistensi mereka sendiri. Sistem makna memberikan interpretasi untuk pengalaman-pengalaman mereka dan
enempatkan kehidupan manusia dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya di dalam kerangka
yang lebih luas. Agama juga berfungsi sebagai salah satu bentuk legitimasi yang paling penting atau
pembenaran yang baik bagi individu maupun masyarakat. Agama menginterpretasi dan mengevaluasi
bagaimana sesuatu itu dilakukan di dalam masyarakat. Legitimasi-legitimasi itu memberikan makna kepada
anggota-anggota masyarakat yang menerima penjelasan-penjelasan ini dan memasukkannya ke dalam cara
berpikir mereka tentang dunia.” Bernard Raho, Agama Dalam Perspektif Sosiologi, (Flores Ntt: Penerbit
Ledalero, 2019), 176, 194-195.
(13) Ibid., 196.
(14) Ibid.5
hanya inti dan dasar dari ajaran Buddha, Empat Kebenaran Mulia juga merupakan alasan dari Buddha Sidharta Gautama memberitakan ajarannya kepada manusia, yang sampai sekarang menjadi sebuah instansi agama yang berkembang ke berbagai negara termasuk Indonesia.15 Hal-hal inilah yang menjadikan Agama Buddha menjadi objek penelitian yang penting dan menarik untuk dibandingkan dengan Kekristenan dalam kerangka tema penderitaan. Agama Buddha dan Kristen menawarkan sudut pandang yang begitu berbeda
dalam memandang fakta penderitaan, dan memberikan kerangka referensi tersendiri bagi individu maupun masyarakat pengikutnya dalam memaknai fakta tersebut. Kendati keduanya relatif berbeda, namun keduanya berusaha memberikan jawaban terhadap penderitaan yang sedang terjadi, dan menjadi dasar dalam menjalani penderitaan yang terjadi di dalam kehidupan. Empat Konsep Kebenaran Mulia terdiri dari: 1. Hidup adalah Dukkha dan ketidaktahuan. yang ke-2 adalah Samudaya atau keinginan (nafsu) yang merupakan asal
dari penderitaan, karena keinginan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipuaskan secara tuntas. Ke-3 adalah terhentinya penderitaan (Nirodha), bahwa Penderitaan dapat berhenti atau padam. Keempat adalah Magga atau jalan tengah yang harus dilakukan agar dapat keluar dari penderitaan, dan merealisasikan Nibbana. Kelepasan diperoleh dengan melakukan delapan jalan yaitu: Pandangan yang benar (Samma Ditthi), pikiran benar (Samma Sankappa), ucapan benar (Samma vaca) perbuatan benar (Samma kamanta),
penghidupan benar (Samma ajiva), usaha benar (Samma Vahyama), perhatian-penuh benar (Samma sati), konsentrasi benar (Samma Samadhi).(16) Konsep Empat Kebenaran Mulia seperti sebuah formula untuk manusia dapat mengerti tentang penderitaan: apa itu
(15) Dr. Walpora Sri Rahula, Inilah Dhamma: Apa yang Buddha Ajarkan, 2nd ed. (Yayasan Dhammavihara, 2019), 39–84.
(16) Ibid.6 penderitaan, mengapa ada penderitaan, apakah penderitaan bisa lenyap, dan bagaimana penderitaan itu bisa berakhir. Di sisi lain, gagasan penderitaan dalam Kekristenan sangat berbeda dengan
konsep Buddha. Kekristenan menunjukkan bahwa penderitaan itu harus dilihat dari perspektif kehendak Ilahi. Kekristenan mempercayai Allah yang berdaulat dan oleh karenanya pandangan Kekristenan terhadap penderitaan selalu berkaitan dengan Allah. Gagasan ini tidak berarti bahwa Allah adalah “biang kerok” dari terjadinya penderitaan manusia. Allah sama sekali tidak pernah menciptakan penderitaan. Pada mulanya Allah menciptakan dunia dan segala isinya, sungguh, amat baik (kej. 1:31). Demikian juga Allah
merancangkan hal yang baik, bahkan rela merendahkan dirinya untuk keselamatan manusia dalam pengorbanan Yesus Kristus.17 Dosa mengakibatkan bumi yang didiami mengalami kerusakan sehingga manusia mengalami kesulitan dalam mengolah tanah, mulai terjadinya bencana, dan kepada manusia baik adam dan hawa mulai mengalami kesusahan hidup.18 Semua jenis penderitaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, baik bencana alam, penyakit, dan lain-lain merupakan dampak dari kejatuhan manusia ke dalam dosa. Namun demikian, Allah yang berdaulat senantiasa mengusahakan pemulihan terhadap kondisi manusia dan menggunakan berbagai penderitaan untuk mendatangkan maksud yang baik kepada umat-Nya. Pandangan kedua agama ini mempertegas bahwa berbagai agama pada dasarnya menyajikan tentang penderitaan. Peter L. Berger mengatakan bahwa hal ini terjadi karena penderitaan menciptakan problem bukan terutama hanya karena hal-hal itu membawa dukacita yang mendalam, tetapi karena peristiwa-peristiwa tersebut mengancam asumsi fundamental mengenai keteraturan yang ada dalam suatu masyarakat itu. Perbedaaan 17 Rantesalu, Marsi Bombongan, “Penderitaan Dari Sudut PanDang Teologi Injili,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (Jireh) 2, No. 2 (2020): 126–135.
(18) Maleakhi Riwuh, Teologi Penderitaan (Yogyakarta: Penerbit Kbm Indonesia, 2022), 19.7 pandangan antara Agama Buddha dan Kekristenan dalam memaknai penderitaan merupakan objek kajian yang menarik. Isi dari penjelasan-penjelasan tentang teodice ini memang berbeda dari satu agama ke agama lainnya, tetapi keinginan untuk menemukan arti dari pengalaman-pengalaman kontradiktoris itu bersifat universal.
(19) Beranjak dari pemikiran ini, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang diberi judul, “Studi
Komparatif Konsep Penderitaan Dalam Ajaran Agama Buddha dan Kristen.” Penelitian ini diharapkan dapat menggali bagaimana Agama Buddha maupun Kristen memahami fakta penderitaan dan memberikan referensi-referensi bagi umat-Nya dalam memaknai atau bersikap terhadap penderitaan. Selanjutnya akan dilakukan komparasi terhadap keduanya, sehingga ditemukan titik perbedaan maupun titik temu, yang akan dapat dimanfaatkan dalam membangun dialog kehidupan beragama.
Fokus Penelitian
Ada banyak perbedaan ajaran Agama Buddha dan Kristen, tetapi dalam penelitian ini, penulis akan berfokus kepada perbandingan antara penderitaan yang ada dalam ajaran Agama Buddha Theravada dan penderitaan yang ada dalam ajaran Kristen.
Rumusan masalah Penelitian
rumusan permasalahan dalam penelitian ini dapat dituangkan ke dalam beberapa pertanyaan rumusan masalah berikut ini:
1. Apa konsep Agama Buddha Theravada tentang penderitaan?
2. Apa konsep Kristen tentang penderitaan?
3. Apa perbedaan dan persamaan konsep Agama Buddha Theravada dan Kristen tentang penderitaan?
(19) Riwuh, 196-197.8
Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menemukan konsep penderitaan dalam ajaran Agama Buddha Theravada
2. Menemukan konsep penderitaan dalam ajaran Kristen
3. Menemukan perbedaan dan persamaan konsep penderitaan dalam ajaran Buddha Theravada dan Kristen
Manfaat Penulisan
Manfaat Praktis
Penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi Gereja Tuhan, sehingga melalui tulisan ini umat Tuhan mengetahui cara bagaimana merespon penderitaan yang sedang terjadi, baik dalam kehidupan pribadi, dan juga kehidupan sosial, Penulis juga berharap kalau tulisan ini dapat memberikan suatu pengajaran untuk memperlengkapi para warga gereja supaya dapat memberitakan kerajaan Allah melalui pokok tema penderitaan.
Manfaat Akademik
Selain bagi Gereja Tuhan, Penulis juga berharap supaya tulisan ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang akademik. Sebagai literatur tambahan perbandingan agama dalam tema penderitaan. Penulis berharap agar tulisan ini juga dapat dibaca untuk menambah pengetahuan, terkhusus dalam tema Perbandingan penderitaan yang ada di dalam ajaran Buddha dan kekristenan, serta memberikan suatu gagasan baru dalam
membangun teologi kontekstual bagi para teolog terhadap Agama Buddha
Metodologi Penelitian
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah Penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif sering disebut sebagai penelitian Naturalistik karena dilakukan dengan kondisi alamiah (natural setting). Metode penelitian Kualitatif merupakan Metode penelitian yang meneliti objek penelitian yang alamiah bukan eksperimen, dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara gabungan (triangulasi), analisa data yang bersifat Induktif, dan hasil penelitian menekankan makna
daripada generalisasi.(20) Pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan.(21)Secara metodologis, penelitian kepustakaan tergolong dalam jenis penelitian kualitatif. Dalam konteks penelitian kepustakaan, maka data-data diambil dari eksplorasi bahanbahan pustaka dikaji secara holistik, kemudian dianalisis berdasarkan kerangka berpikir atau teori tertentu/paradigma filosofis yang melandasinya, selanjutnya menggunakan pendekatan tertentu sesuai tujuan penelitian yang ingin dicapai.22
Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penulisan ini, penulis adalah instrumen utama penelitian. Peneliti adalah bagian yang menentukan jalannya penelitian.(23) Penulis sebagai penentu utama dalam fokus penelitian, memilih buku-buku teks, artikel-artikel, buku-buku teologi
(20) Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabet, 2010), 1.
(21) Dalam Penelitian Kualitatif Terdapat Banyak Pendekatan Yang Digunakan, Namun Setidaknya
Terdapat Enam Jenis Pendekatan Penelitian Yang Paling Populer Digunakan Oleh Peneliti, Yaitu: Studi
Etnografi, Studi Fenomenologi, Studi Kasus, Studi Teori Dasar, Studi Partisipatoris, Dan Studi Kepustakaan), Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan: Kajian Filosofis, Teoritis, Dan Aplikatif (Batu: Literasi Nusantara, 2018) 40.
(22) Ibid., 25.
(23) Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal Dan Laporan Penelitian (Umm Press, 2010), 21.10
dan literatur Agama Buddha dan Kristen sebagai sumber data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari hasil penelitian.(24)
Untuk melakukan penelitian dan mendapatkan hasil yang maksimal, penulis sudah membaca banyak jurnal, buku-buku teologi dan literatur-literatur Buddha untuk dapat membandingkan konsep penderitaan yang ada di dalam Agama Buddha, dan Kristen yang Alkitabiah.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, peneliti melakukan penelitian di perpustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini adalah studi kepustakaan. Studi Pustaka menggunakan usaha dari Penulis untuk membaca banyak tulisan-tulisan yang sesuai dengan topik, kemudian mengumpulkan sumber yang relevan dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sumber-sumber yang diteliti adalah buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, artikel-artikel, dan sumber-sumber tertulis berupa buku cetak maupun dalam bentuk elektronik. Teknik pengumpulan data merupakan salah satu penentu kualitas hasil dari sebuah penelitian.25 Tempat peneliti dalam melakukan proses pengumpulan data, analisis, dan Penyusunan data di lakukan di perpustakaan Sekolah Tinggi Teologi SatyaBhakti Malang.
Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kebenaran terhadap pernyataan yang ada di dalam rumusan masalah dan tujuan dari penelitian. Cara menganalisa data dalam tulisan ini menggunakan beberapa metode:
(24) Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 9.
(25) Ibid.11
1. Metode deskriptif
Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek, atau kondisi, pemikiran, yang memiliki tujuan untuk membuat deskripsi yang sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu permasalahan yang diteliti.(26)
2. Metode Komparatif
Metode komparatif memiliki kemiripan dengan penelitian yang akan mencari jawaban mengenai sebab-akibat yang muncul dari suatu fenomena yang terjadi.(27) Teknik dalam menganalisa data dengan metode komparatif bertujuan untuk membandingkan kesamaan atau perbedaan yang terdapat di dalam konsep yang sedang dibandingkan sehingga adanya kemungkinan suatu objektivitas, yang membangkitkan suatu tindakan yang toleran. (28)
3. Metode Penarikan Kesimpulan
Metode penarikan kesimpulan bersifat induktif, penelitian kualitatif yang menggunakan proses induktif artinya adalah meskipun data yang diperoleh terpisah-pisah namun saling berkaitan.(29)
(26) Moh Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor: Ghali Indonesia, 2005), 54.
(27) Ibid.
(28)Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 310.
(29) I Made Laut Mertha Jaya, Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (Yogyakarta: Quandrat, 2020), 114.12
Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun dalam lima bab besar dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I
Bab ini berisi: pendahuluan dengan menguraikan latar belakang penulisan, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Bab ini akan membahas tentang Latar Belakang Agama Buddha, yang meliputi Pendahuluan, Sejarah Berdirinya Agama Buddha, Sejarah Berkembangnya Agama Buddha, Kitab Agama Buddha, Ajaran-ajaran Agama Buddha, Penutup.
Bab III
Bab ini akan membahas tentang konsep penderitaan dalam ajaran Agama Buddha. Pembahasan tersebut akan mengetengahkan konsep penderitaan dalam kerangka perspektif Empat Kebenaran Mulia (Four Noble truths) ajaran Agama Buddha Theravada.
Bab IV
Bab ini akan membahas tentang konsep teodice dalam perspektif Kristen. Pembahasan akan dilakukan dengan kerangka berpikir teologi sistematis.
Bab V
Bab ini akan membahas mengenai perbedaan dan persamaan konsep penderitaan dalam Agama Buddha dan Kristen.
Bab VI
Bab ini adalah penutup yang akan menyimpulkan penelitian mengenai konsep penderitaan di dalam Agama Buddha, dan Kristen serta Implikasi Misiologis, dan Saran untuk penelitian selanjutnya

DAFTAR ISI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .. i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .. ii
LEMBAR PERSETUJUAN.. iii
PENGESAHAN KARYA ILMIAH .. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS .. v
KATA PENGANTAR .. vi
Penulis, ................................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... viii
ABSTRAKSI ........................................................................................................................ xi
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .. 1
Latar Belakang Masalah .. 1
Fokus Penelitian .. 7
Rumusan masalah Penelitian .. 7
Tujuan Penelitian .. 8
Manfaat Penulisan .. 8
Metodologi Penelitian .. 9
Sistematika Penulisan .. 12
BAB II .. 13
LATAR BELAKANG AGAMA BUDDHA .. 13
Pendahuluan ..13
Sejarah Perkembangan Agama Buddha .. 13
Pendiri .. 13
Berdirinya Agama Buddha .. 16
Penyebaran Agama Buddha .. 17
Perkembangan Agama Buddha .. 22
Aliran-Aliran Agama Buddha .. 23
Kitab Suci Agama Buddha .. 26
Vinaya Pitaka .. 26
Sutta Vitaka .. 27ix
Abhidhamma Pitaka .. 29
Ajaran-Ajaran Pokok Agama Buddha .. 29
Tiratna .. 30
Tilakkhana (Tiga Corak Umum) .. 31
Hukum Kamma (Karma) dan Tumimbal Lahir .. 32
Patticasamappada .. 33
Kesimpulan .. 34
BAB III .. 35
KONSEP PENDERITAAN DI DALAM AGAMA BUDDHA .. 35
Pendahuluan .. 35
Penderitaan (Dukkha) .. 36
Penyebab adanya Penderitaan .. 41
Akhir Penderitaan .. 45
Jalan Menuju Akhir Penderitaan .. 46
Bagian Pertama: Panna .. 47
Bagian Kedua: Sila .. 49
Bagian Ketiga: Samadhi .. 55
Kesimpulan .. 63
BAB IV .. 64
KONSEP PENDERITAAN DI DALAM AGAMA KRISTEN .. 64
Pendahuluan .. 64
Fakta-Fakta Tentang Penderitaan di Dalam Alkitab .. 64
Terminologi Penderitaan Dalam Alkitab .. 65
Penderitaan yang Dialami oleh Tokoh-Tokoh Alkitab .. 66
Penderitaan yang Dialami oleh Umat Allah .. 69
Kitab-Kitab yang Lekat dengan Tema Penderitaan .. 70
Terjadinya Penderitaan .. 74
Penderitaan sebagai Akibat dari Dosa .. 75
Penderitaan karena Keinginan Daging .. 80
Penderitaan Terjadi sebagai Ujian Iman .. 82
Penderitaan Terjadi karena Perbuatan Iblis .. 83
Penderitaan sebagai Misteri .. 85
Karya Allah sebagai Solusi atas Penderitaan Manusia .. 88
Sikap Orang Kristen di Dalam Menghadapi Penderitaan .. 95x
Kesimpulan .. 99
BAB V .. 101
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDERITAAN .. 101
DI DALAM AGAMA BUDDHA DAN KRISTEN .. 101
Persamaan-Persamaan Konsep .. 101
Keuniversalan Penderitaan .. 101
Keinginan Sebagai Penyebab Penderitaan .. 101
Perbedaan-Perbedaan Konsep .. 102
Hubungan Allah dan Manusia .. 103
Penyebab Terjadinya Penderitaan .. 104
Cara Menghadapi Penderitaan .. 105
Akhir Penderitaan .. 107
BAB VI .. 108
Kesimpulan .. 108
Implikasi Misiologis .. 110
Saran-Saran .. 111
DAFTAR PUSTAKA .. 113
LAMPIRAN .. 123

Referensi Buku
Alvin Plantinga And Irwan Tjulianto. Allah, Kebebasan, Dan Kejahatan (God, Freedom,And Evil). 1st Ed. Surabaya: Penerbit Momentum = Momentum Christian Literature, 1997.
Arif Wicaksono and Dwi Anggono. “Yesus, Hamba Allah Yang Menderita”. FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (June 18, 2019).
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Arrington French L. Doktrin Kristen; Perspektif Pentakosta. Yogyakarta: Andi, 2014.
Bleeker C.J. Pertemuan Agama-agama Di Dunia. Bandung: Sumur Bandung, 1985.
Bullock Hassell. Kitab-Kitab Puisi Dalam Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2003.
Bush, Richard Clarence, Ed. The Religious World: Communities of Faith. 2nd Ed. New York: London: Macmillan; Collier Macmillan, 1988.
Chapman Adina, Pengantar Perjanjian Baru. 2nd ed. Bandung: Kalam Hidup, 2017.
Dachi Rahmat Alyakin. Hukum Taurat Dalam Perspektif Iman Kristen. Tangerang: Pascal Books, 2022.
Dhammanand K. Sri. Keyakinan Umat Buddha. Ehipassiko Foundation, 2002.
Erickson Millard J. Teologi Kristen Volume 2, 2nd ed. Gandum Mas, 2003.
Erickson Millard J. Teologi Kristen, Volume 3. Gandum Mas, 2004.
Hadiwijono Harun. Agama Hindu Dan Buddha. Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1989.
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal Dan Laporan Penelitian. Umm Press, (2010).
Imron M. Ali. Sejarah Terlengkap Agama-agama di Dunia. Ircisod, 2015.
Jones James, Why Do People Suffer? The Scandal of Pain in God’s World. England: Lion Publishing, 1993.
Keene Michael. Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Penerbit Kansius, 2006.
Keller Timothy. Walking with God through Pain and Suffering. New York: Dutton, 2013.
Kozak Arnie. Buddhism 101: From Karma to The Four Noble Truths, Your Guide to Understanding the Principles of Buddhism. New York: Adams Media, 2017.
Kuhl Dietrich. Sejarah Gereja Jilid I: Gereja Mula-Mula Di Dalam Lingkungan Kebudayaan Yunani-Romawi, Jilid 1. Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Perkabaran Injil Indonesia: Departement Literatur, 2010.
Ladd Goerge Eldon. Teologi Perjanjian Baru, I, dan II. Bandung: Kalam Hidup, 2022.
Larosa Arliyanus. Belajar Dari Kitab Ayub: Tegar Dalam Penderitaan. Bandung: Kalam Hidup, 1997.
Layantara Jessica dan Dhimas Anugrah. Bebas Dari Belenggu Penderitaan: Sebuah Pemikiran Filsafat Teologis. Pasuruan: Penerbit Qiara Media, 2022.
Liliweri Alo. Pengantar Studi Kebudayaan. Nusamedia, 2019.
Mahathera Bhikkhu Dhammavuddho. Perhatian Perenungan Dan Konsentrasi. Medan: Dewan Pengurus Daerah Pemuda Theravada Indonesia Sumatera Utara, n.d.
Mahathera Bhikkhu Sukhemo. Dharma Ajaran Mulia sang Buddha. Jakarta: Majelis Agama Buddha Theravada Buddhist Council, 2012.
Marsunu YM seto. Pengantar Ke Dalam Taurat. Jakarta: PT Kansius, 2017.
Matalu Muriwali Yanto. Dogmatika Kristen: Dari Perspektif Reformed. Malang: GKKR,2013.
McDowell Josh, Kevin W. Johnson. Apakah Keinginan Saya Sesuai Dengan Kehendak Allah. Jakarta: METANOIA, 2000.
Mertha Jaya, I Made Laut. Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Quandrat, 2020.
Nazir Moh. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghali Indonesia, 2005.
Parwadi, Sapardi, Mujiyanto. Pendidikan Agama Buddha. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.
Paterson Robert. Kitab Ratapan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Piper John, Justin Taylor (ed). Penderitaan Dan Kedaulatan Allah. Surabaya: Penerbit Momentum, 2009.
Piper John. The Passion of Jesus Christ (Penderitaan Yesus Kristus). Surabaya: Momentum, 2004.115
Prajoko Sigit, Sukiman. Pendidikan Agama Buddha Dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2017.
Riwuh Maleakhi. Teologi Penderitaan. Yogyakarta: Penerbit Kbm Indonesia, 2022.
Robert Burton, et al. Tiga Fakta Dasar Eksistensi-II: Penderitaan (Dukkha). Jakarta: Vijjakumara, 2017.
S. Bone. Jangan Menyerah! Orang Kristen Dan Penderitaan. Bandung: Kalam Hidup, 1997.
Sadirman. Sejarah 2: Sma Kelas Xi Program Ilmu Sosial. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia, 2007.
Santina Peter D. Dasar-Dasar Agama Buddha. Yoyakarta: Vidyasena Production, 2021.
Shalaby Ahmad. Perbandingan Agama-agama: Agama-agama Besar Di India (HinduJaina-Buddha). Jakarta: Bumi Aksara, 1998.
Situmorang Jonar T.H. Tafsiran Surat Filipi: Teguh Dan Berakar Di Dalam Surat Filipi. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2020.
Situmorang Jonar. Mengenal Agama Manusia. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017.
Smith Huston. Agama-agama Manusia Edisi Bergambar. Jakarta: Pt Serambi Ilmu Semesta, 2015.
Smith Huston. Agama-agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985.
Sri Rahula Walpora. Inilah Dhamma: Apa yang Buddha Ajarkan. 2nd Ed. Yayasan Dhamma vihara, 2019.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sumedho Ajahn, The Four Noble Truth. England: Amaravati, 1992.
Suria Isak. Kehidupan Yesus Kristus (Kronologi – Naratif). 1st Ed. Jakarta: Yt Leadership Foundation, 2013.
Sutijiono S.J. Garis Besar Khotbah Injil Markus (Jakarta: Yayasan Media Buana Indonesia, 1999).
Tahapary Onna. Kuasa Doa: Pedoman Memobilisasi Jemaat Berdoa. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000.
Tahapary Onna. Kuasa Doa: Pedoman Memobilisasi Jemaat Berdoa. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000.116
Tilakaratne Asanga. Theravada Buddhism: The View of the Elders, Dimensions of Asian spirituality. Honolulu: University of Hawaii Press, 2012.
Tjoetjoe Budijianto. Perbandingan Agama. Jakarta: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati, 2015.
Tripp Paul David. Suffering (Penderitaan): Injil Menjadi Harapan Ketika Kehidupan Menjadi Sulit Untuk
Dimengerti. Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2021.
Wijaya Willy Yandi. Pandangan Benar. Yogyakarta: Vidyasena Production, 2008.
Wijaya Willy Yandi. Ucapan Benar. Yogyakarta: Vidyasena Production, 2010.
Wong Kiew Kit. The Complete Book of Shaolin: Comprehensive Programme for Physical, Emotional, Mental and Spiritual Development. Cosmos Internet, 2006.
Sumber Jurnal dan Online
Pranoto Obaja Dani. “Keinginan Roh Vs Keinginan Daging.” Jurnal Antusias 2, no. 1 (2012).
Anderson Andrea, Sejarah Agama Buddha Di Indonesia. (Sejarah Agama Buddha Di Indonesia – Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavaddhana (Binus.Ac.Id).
Ara Alfonsu, upaya Mencari Gambaran Yesus (kemdikbud.go.id).
Ayo, S., & Clay. Sikap Positif Terhadap Penderitaan. Jurnal Pembaharuan 5. No. 2.(December 2019). Https://Sttlets.Education/Jurnal/Index.Php/Pembaharu/Article/View/14.
Bahasa Indonesia Kamus Besar (KBBI). Gossip. https://kbbi.web.id/gosip.
Berkati Hulu Yuli Putri. “Makna Kristus Sebagai Tujuan Akhir Hukum Taurat Dalam Roma 10:4.” HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa 1. no. 1 (October 16, 2021).
Bethesda Mariyanti, Peniel C. D. Maiaweng. Kajian Biblika Tentang Pencobaan Menurut Yakobus 1:1-18 Dan Implikasinya Dalam Kehidupan Orang Percaya. Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar Repositori Skripsi Online 1, No. 1. (February 2019).
Bible Hub, Πάσχω. Https://Biblehub.Com/Greek/3958.Htm.
Bible Hub. Makrothumia. Https://Biblehub.Com/Greek/3115.Htm.
Bible Hub. Peirasmos. Https://Biblehub.Com/Greek/3986.Htm.
Bible Hub. Πένθος. Https://Biblehub.Com/Greek/3997.Htm.
Bible Hub. עָנָהHttps://Biblehub.Com/Hebrew/6031.Htm.
Bible Hub. .עֱנִיHttps://Biblehub.Com/Hebrew/6040.Htm.
Bible Hub.Com. Πάσχω. Https://Biblehub.Com/Greek/3958.Htm.
Buddhist Religion | Buddhism Information | GRF (globalreligiousfutures.org).
Cindrakasih Roosita. “Dampak Covid-19 Terhadap Sosial Budaya Dan Gaya Hidup Masyarakat.” Jurnal Public Relation-Jpr. 2, No. 2 (Oktober 2021).
Darto Sachius. “Penafsiran Mazmur Ratapan,” Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 5, no. 2 (October 29, 2021).
Ensiklopedia Dunia, Sejarah Agama Buddha. Sejarah Agama Buddha (unimus.ac.id).
Ermiyati, Setya Budi Tamtomo, dan Asih Rachmani Endang Sumiwi. Sikap Waspada Terhadap Cinta Uang Berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 Pada Pelaku Investasi Saham. Angelion: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 3, No. 1. (June 30,2022).
Fuadi1Tuti Marjan, Irdalisa2. “Covid 19: Antara Angka Kematian Dan Angka Kelahiran.”1, No. 3 (November 2020).
Gulo Hiskia. “Konsep Pencobaan Menurut Yakobus 1:12-15.” BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 2 (November 18, 2020).
Gunawan Esther. “Meneropong Makna Penderitaan Manusia Menurut Konsep Teodise C.S. Lewis.” Jurnal Veritatis 16, No. 1 (June 2017).
Hananto Tri, Erni M.C. Efruan. Model Kemartiran Dalam Penginjilan Rasul Paulus Berdasarkan Kisah Para Rasul Terhadap Kelompok Kabar Baik Di Malang. Missio Ecclesiae 10, No. 1. (29 April 2021). Https://Doi.Org/10.52157/Me.V10i1.124.
Hardi Halim And Tjutjun Setiawan. Perspektif Alkitab Terhadap Praktek Euthanasia. Jurnal Salvation 3, No. 2. (January 26, 2023).Https://Doi.Org/10.56175/Salvation.V3i2.73.
Hemadhammo Bhikkhu. Kembalilah Kejalan Benar. DhammacakkaOnline (blog). (September 13, 2009).
https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=296.
Hemadhammo Bhikkhu. Tiga Akar Jahat. DhammacakkaOnline (blog). (June 20, 2010). https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=230#.
Hermanto, Sri Dwi Harti, Charisal B.S. Manu. “Providensia Allah Di Masa Pandemi Covid-19.” LUXNOS 7. no. 2 (Desember 2021):
Jeremi, Johanes. Silentium Dan Pathos Allah Di Hadapan Penderitaan Manusia (Perspektif Teologis Jurgen Moltmann). Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat Dan Teologi 11, No. 2. (April 30, 2021).
Kapojos Shintia Maria, Hengki Wijaya. “Konsep Bermegah (Boasting) Dalam Surat Roma Dan Implikasinya Bagi Gereja Masa Kini.” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2. no. 1 (June 2019): 14, 101,
https://www.researchgate.net/profile/HengkiWijaya/publication/333857392_Konsep_Bermegah_Boasting_dalam_Surat_Roma_dan_Implikasinya_Bagi_Gereja_Masa_Kini/links/5d1eb6c492851cf44066141f/119
Konsep-Bermegah-Boasting-dalam-Surat-Roma-dan-Implikasinya-Bagi-GerejaMasa-Kini.pdf
Korompis Erick Daniel. “Hak-Hak Binatang Ditinjau Dari Perspektif Etika.” (Satyabhakti, 2014).
Kusuma Sutanto. Penderitaan Dan Kedaulatan Allah Suatu Jawaban Terhadap Isu Tentang Penderitaan Yang Disebabkan Oleh Iblis. Kaluteros Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 4, No. 2. (November 2022).
Lamrimenisia Redaksi. Mengenal Sosok Ashin Jinarakkhita - Perintis Buddha Dharma Indonesia Modern - Lamrimnesia, (29 september, 2016).
Langi Mentodo Irmaya. Hidup Yang Bermakna: Suatu Refleksi Teologi Etis Kesetiaan Terhadap Kemartiran Para Rasul. Miktab: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani 2, No. 2. (December 30), 2022.
Https://Doi.Org/10.33991/Miktab.V2i2.404.
Lelono Joko. Makna Teologis Reaksi Penolakan Musa Terhadap Panggilan Tuhan Menurut Keluaran 3-4. Huperetes: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 3, No. 2. (June 30, 2022). Https://Doi.Org/10.46817/Huperetes.V3i2.120.
Lie Bedjo. “Penderitaan Menurut Agama Buddha: Sebuah Tinjauan Kritis Dari Perspektif Kristen.” Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan 7, No. 2 (Oktober 2006).
Mahathera Ven. Narada. Intisari Agama Buddha. Internet Archive Waybackmachine (blog), October 17, 2007.
https://web.archive.org/web/20071017144954/http://samaggiphala.or.id/naskahdamma_dtl.php? d=1098&multi=T&hal=0&hmid=.
Mangatas Siregar Esron. Prinsip Pelaksanaan Puasa Menurut Yoel 2: 12-17 Bagi Kekristenan Masa Kini. Manna Rafflesia 8, No. 2. April 30, 2022. Https://Doi.Org/10.38091/Man_Raf.V8i2.218.
Manullang Megawati. “Misi Dalam Perjanjian Lama.” Jurnal Teologi Cultivation 3, no. 1 (2019).
Maria Kapojos Shintia, Hengki Wijaya. “Konsep Bermegah (Boasting) Dalam Surat Roma Dan Implikasinya Bagi Gereja Masa Kini.” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (June 2019). https://www.researchgate.net/profile/HengkiWijaya/publication/333857392_Konsep_Bermegah_Boasting_dalam_Surat_Rom a_dan_Implikasinya_Bagi_Gereja_Masa_Kini/links/5d1eb6c492851cf44066141f/Konsep-Bermegah-Boasting-dalam-Surat-Roma-dan-Implikasinya-Bagi-GerejaMasa-Kini.pdf.
Marthen Enjelia And Dicky Dominggus. Memahami Penderitaan Dalam 1 Petrus 4:12-19 Dan Implikasinya Dengan Situasi Pandemi Covid 19. Diegesis: Jurnal Teologi 6. No. 1. February 28, 2021. Https://Doi.Org/10.46933/Dgs.Vol6i120-35.
Mentodo Irmaya Langi. “Hidup Yang Bermakna: Suatu Refleksi Teologi Etis Kesetiaan Terhadap Kemartiran Para Rasul.” Miktab: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani 2, No. 2 (December 30, 2022).
Nggebu Sostenis, Fenius Gulo, Joko Susilo. Pertanggung Jawaban Nabi Yehezkiel Sebagai Penjaga Umat Israel. Manna Rafflesia 9, No. 2. (April 2023). Https://Www.Journals.Sttab.Ac.Id/Index.Php/Man_Raf/Article/View/294.
Pahla Samaga, Culavedalla Sutta. https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/culavedalla-sutta-2/. Pahla Samaga, Magga Vagga: Jalan. https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/magga-vagga/. Pramana Ronald Aryanto. “Sikap Orang Percaya Menghadapi Penderitaan Berdasarkan Keteladanan Yesus Kristus.” Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi 4, no. 1 (January 12, 2023).
Prasetya Pieth Kurniawan. Alkitab Dan Teologi: Pemberontakan Israel, Kesetiaan Allah, Dan Pembenaran Kita. Pillar (Blog), Oktober 2015, Https://Www.Buletinpillar.Org/Alkitab-Theologi/Pemberontakan-IsraelKesetiaan-Allah-Dan-Pembenaran-Kita.Pusat Universitas Stekom. Anagami. n.d. Https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/An%C4%81g%C4%81mi.
Pusat Universitas Stekom. Sakadagami. n.d. https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sakadagami.
Rantesalu, Marsi Bombongan. “Penderitaan Dari Sudut Pandang Teologi Injili.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (Jireh) 2, No. 2 (2020).
Ricardo Nathanael. “Patmos-Mengenal Pulau Tempat Rasul Yohanes Menerima Wahyu Akhir Zaman.” Agustus 2022, diakses 13 Juni 2023. https://transformasi.com/2022/08/13/patmos-mengenal-pulau-tempat-rasulyohanes-menerima-wahyu-akhir-zaman/.
Sachius Darto, “Penafsiran Mazmur Ratapan,” Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 5, no. 2 (October 29. 2021).
Santoso Chandra Monica, Gogor Bangsa, Hen Dian Yudani. Perancangan Panduan Meditasi Singkat Untuk Umat Buddha Theravada. Jurnal Desain Komunikasi Visual Adiwarna 1, no. 2. (2013).
Saragih Agusjetron. Bertumbuh Di Era Sulit. Rekonstruksi Pendidikan Kristen Dari Era Deuterokanonik. Publikasi Berkala Desember 2021 1. No. 2 (2022). Http://Jurnal.Sttabdisabda.Ac.Id/Index.Php/Jspl/Article/View/35.
Setiawan Iwan. Penderitaan Menurut Roma 8:18-25 Dan Implikasinya Bagi Gereja Tuhan Masa Kini. Missio Ecclesiae 6, No. 2. October 29, 2017. 00.11https://Doi.Org/10.52157/Me.V6i2.73.
Siagian Rustam. Hidup Oleh Roh Menurut Roma 8. Jurnal Scripta Teologi Dan Pelayanan 1, No. 2. 2016.
Simanjuntak Fredy, Ronald Sianipar, Agustinus Sihombing, “Menelusuri Sejarah Perjalanan Nomaden Bangsa Israel” 4, No. 2 (September 2019).
Sitanggang Murni Hermawaty. Kebahagiaan Dan Penderitaan Dalam Hidup Menggereja Di Era Disrupsi: Analisis Surat Filipi. Jurnal Teologi Gracia Deo 4, No. 2. Februari, 2022. Https://Doi.Org/10.46929/Graciadeo.V4i2.89.
Stanislaus Surip. Tragedi Kemanusiaan: Kejatuhan, Peradaban Jahat, Dan Penderitaan Manusia. Yogyakarta: Kansius, 2008. Stekom Universitas. Sotapanna. Ensiklopedia Dunia (blog), n.d.
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sot%C4%81panna.
Stevanus Kalis And Stefanus Marbun. Memaknai Kisah Ayub Bagi Orang Kristen Dalam Menghadapi Penderitaan. Logia 1, No. 1. 2019. Https://Doi.Org/10.37731/Log.V1i1.20.
Stevanus Kalis. Kesadaran Akan Allah Melalui Penderitaan Berdasarkan Ayub 1-2. Dunamis: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani 3, No. 2. April 29, 2019. Https://Doi.Org/10.30648/Dun.V3i2.182.
Sulistio Thio Christiam. “Peran Roh Kudus Dalam Penderitaan Orang Kristen.” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 7, no. 2 (February 5, 2023).
Sulistio Thio Christian. “Peran Roh Kudus Dalam Penderitaan Orang Kristen.” DUNAMIS:
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 7. no. 2 (5 Februari, 2023).
Tade Bengu Rendy. Mengkaji Yohanes 4:1-42 Sebagai Landasan Konselor Kristen Dalam Bimbingan Konseling Remaja. Sesawi Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 4, No. 1. 2022.
Tafonao Talizaro. Yesus Sebagai Guru Teladan Dalam Perspektif Pantekosta Kharismatik: Jesus as The Exemplary Teacher in The Charismatic Pentecostal Perspective. Jurnal Teologi Amreta 2, No. 2 November 5, 2021. Https://Doi.Org/10.54345/Jta.V2i2.18.
Tanumihardja J. Effendie, Sapardi,Herynoo. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Buddha. Indonesia: Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016.
Tanyit Parel. Providensia Allah Dan Kehendak Bebas Manusia. Jurnal Jaffray 2, No. 2. 2005.122
Timotius Wibowo. “Naskah Khotbah: Tetap Besukacita Di Masa Sukar.” Veritas 8, no. 1 (April 2007).
Tuti Marjan Fuadil, Irdalisa2. “Covid 19: Antara Angka kematian dan Angka Kelahiran” 1, no. 3 (November 2020).
Van Den Berg, C. Sungguh Merekalah Umat-Ku. Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 2011.
Wibowo Timotius. “Naskah Khotbah: Tetap Bersukacita Di Masa Sukar.” Veritas 8, no. 1 (April 2007).
Wicaksono Arief and Dwi Anggono. “Yesus, Hamba Allah Yang Menderita”. FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (June 18, 2019).
Widayanti Pipit. Penderitaan Manusia Dalam Pandangan Surat Yakobus. Teokristi: Jurnal Teologi Kontekstual Dan Pelayanan Kristiani 1, No. 1. May 29, 2021. Https://Doi.Org/10.38189/Jtk.V1i1.124.

Penderitaan adalah sebuah peristiwa yang dialami oleh manusia, baik manusia
yang hidup pada zaman dahulu, pada zaman sekarang, maupun pada masa yang akan
datang. Penderitaan terjadi karena beragam sebab. Penderitaan dapat terjadi karena
disebabkan oleh bencana alam, penyakit, wabah, kejahatan serta peristiwa yang terjadi ke
dalam hidup manusia mendapatkan beragam respon. Ada yang memberikan respon
dengan baik, sehingga dapat melewati penderitaan. Ada yang memberikan respon negatif
sampai mengakibatkan bunuh diri. Ketika manusia memberikan respon terhadap persoalan
hidup, manusia cenderung akan memilih agama sebagai referensi untuk menghadapi
penderitaan, dan agama memiliki berbagai cara dalam menghadapi penderitaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Pada penelitian ini penulis meneliti konsep
penderitaan di dalam Agama Buddha Theravada dalam Empat Kebenaran Mulia, dan
Konsep penderitaan di dalam Agama Kristen untuk mengetahui persamaan dan perbedaan
di dalam konsep penderitaan yang ada pada kedua agama ini.
Dalam mengkaji penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi pustaka terhadap sumber-sumber untuk mendapatkan konsep Empat
Kebenaran Mulia dari Agama Buddha Theravada, dan konsep penderitaan di dalam
Kekristenan, baik melalui sumber buku, maupun sumber-sumber internet; baik dalam
bentuk jurnal, ataupun sumber pendukung lainnya untuk mendapatkan perbandingan
konsep dari kedua agama ini dengan utuh, yang berguna bagi implikasi misiologis bagi
gereja, dan untuk memperkaya literatur perbandingan agama.
Dari hasil penelitian ini konsep penderitaan di antara Agama Buddha dan Kristen
memiliki perbedaan. Perbedaan konsep penderitaan dalam Agama Buddha dan Kristen
terdapat pada penyebab penderitaan, cara mengatasi penderitaan, dan akhir dari
penderitaan. Penyebab Penderitaan dalam Agama Kristen seperti penderitaan yang terjadi
karena dosa, roh jahat, ujian iman, misteri Allah, tidak terdapat di dalam Agama Buddha.
Dalam Agama Buddha penyebab penderitaan adalah ketidaktahuan akan konsep Empat
Kebenaran Mulia yang tidak terdapat di dalam Agama Kristen. Perbedaan terhadap cara
menyelesaikan penderitaan juga berbeda antara Agama Buddha dengan Agama Kristen.
Cara menyelesaikan penderitaan di dalam Agama Kristen merupakan inisiatif Allah yang
sudah direncanakan sebelum penderitaan terjadi ke dalam hidup manusia, dengan
memelihara umatnya di dalam Perjanjian Lama, dan memberikan dirinya sebagai korban
pengganti, menggantikan manusia melalui penderitaan, dan kematian supaya manusia
terlepas dari penderitaan secara penuh saat Yesus datang kembali kedua kali yang tercatat
di dalam Perjanjian Baru. Cara menyelesaikan penderitaan di dalam Agama Buddha
adalah dengan menggunakan disiplin yang ketat oleh manusia dengan mengetahui Empat
Konsep Kebenaran Mulia, dan menjalani disiplin Delapan Jalan Mulia. Agama Buddha
dan Kristen juga berbeda pada akhir penderitaan. Akhir penderitaan di dalam Agama
Buddha adalah nibbana, sebagai kebahagian sejati, sedangkan di dalam Agama Kristen
akhir penderitaan adalah hidup bersama-sama dengan Allah di langit dan bumi baru.
Meskipun terdapat perbedaan namun konsep penderitaan dalam Agama Buddha
dan Kristen memiliki persamaan. Persamaan tersebut adalah tanha, yang dikenal di dalamxii
Kekristenan dengan keinginan daging. Kedua keinginan ini sama-sama menghasilkan
penderitaan di dalam kehidupan manusia, meskipun terdapat perbedaan yang terletak
kepada Agama Buddha yang menganggap sepenuhnya keinginan akan membawa kepada
penderitaan, sedangkan di dalam Kekeristenan hanya keinginan daging atau keinginan
jahat yang menjadi sebuah perilaku dan melahirkan dosalah yang menyebabkan
penderitaan. Kekristenan juga memperbolehkan akan keinginan seks kepada pasangan dan
melakukannya di dalam pernikahan. Hal ini berbeda dengan Agama Buddha, Agama
Buddha melarang sebuah keinginan bahkan sampai kepada hubungan seks jika ingin
benar-benar merealisasikan nibbana. Seks memang diperbolehkan dalam hubungan
pernikahan rumah tangga tetapi tidak akan dapat merealisasikan nibbana, yang berujung
kepada kelahiran kembali yang berulang-ulang, yang pada akhirnya akan selalu mengalami
penderitaan.
Persamaan penyebab penderitaan ini dapat menjadi titik temu bagi Kristen untuk
membawa berita kepada anugerah keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, yang
memberikan sebuah pandangan baru dalam menyikapi penderitaan dengan kehidupan yang
telah ditebus oleh pengorbanan Yesus Kristus sehingga dapat menikmati anugerah
keselamatan pada saat ini dan berpijak kepada pengharapan kepada kedatangan Yesus kali
kedua dan menerima secara penuh keselamatan dan hidup di dalam kebahagian bersamasama dengan Allah.
Kata Kunci: Penderitaan, Kristen, Buddha, Empat Kebenaran Mulia, Keselamatan,
Nibbana, Langit dan Bumi Baru

There are no comments on this title.

to post a comment.

Powered by Koha