Gerakan Pentakosta telah melahirkan semangat dari orang-orang yang mengalami kepenuhan Roh Kudus untuk menyebarkan Injil bersama-sama dengan Gereja Katolik dan Gereja Protestan. Pertambahan jemaat secara kuantitas bukan hanya berasal dari orang-orang non-Kristen saja tetapi juga dari berbagai aliran gereja-gereja mulai dari kalangan Katolik maupun Protestan. Salah satu contoh yang menarik untuk dikaji adalah dinamika yang terjadi dalam pembinaan yang diterapkan di Asrama Sekolah Immanuel, Batu, Jawa Timur. Dan untuk mengikuti peraturan di asrama Immanuel, “untuk sementara” mereka harus bergereja di GPdI Elohim Batu dan mengikuti kegiatan dengan gaya ibadah Pentakosta. Dinamika yang terjadi adalah bahwa anak-anak gereja tradisional harus menyesuaikan gaya ibadah mereka. Perubahan menarik yang terjadi pada anak-anak gereja tradisional adalah bagaimana mereka juga memberi diri terlibat pelayanan di dalam ibadah GPdI Elohim Batu. Hal ini mendorong penulis untuk mengetahui pemahaman anak-anak dari latar belakang gereja tradisional tersebut dalam memaknai ibadah dan pelayanan tanpa melihat gaya ibadah diikuti oleh mereka. Karya tulis ini adalah sebuah penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.Kelima informan tersebut berasal dari latar belakang gereja tradisional (Katolik dan Protestan) yang sudah menetap di asrama Immanuel
Batu diatas 2 tahun dan yang terlibat pelayanan di dalam ibadah di GPdI Elohim, Jl. Diponegoro 125 Batu. Kajian pustaka yang digunakan adalah definisi ibadah secara etimologi dan menurut Alkitab, sejarah perkembangan ibadah mulai dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Periode Patristik-Medieval, Periode Reformasi-paska Reformasi, dan munculnya gerakan Pentakosta hingga sekarang, kemudian diakhiri dengan pembahasan mengenai Teologi Ibadah. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa semua informan memiliki paradigma yang beragam mengenai ibadah dan pemahaman-pemahaman tersebut dipengaruhi oleh tradisi lama dalam gaya ibadah yang mereka jalani sebelumnya. Namun, dalam penyesuaian dengan gaya ibadah, para informan mampu menyesuaikan dengan gaya ibadah Pentakosta, walaupun di dalam pelaksanaan perjamuan kudus, masih ada yang tidak bisa mengikuti.
Kata Kunci: Dinamika, Penyesuaian, Gaya Ibadah, Gereja Tradisional, Gereja Pentakosta
There are no comments on this title.