Studi Exegesis Yohanes 9:1-7 dan Implikasinya bagi Pelayanan terhadap Penyandang Disabilitas.

Agustino, Jeremi.

Studi Exegesis Yohanes 9:1-7 dan Implikasinya bagi Pelayanan terhadap Penyandang Disabilitas. - Malang: STT Satyabhakti, 2022. - 73p. Hard Cover 30 cm

Penelitian kualitatif ini merupakan sebuah studi eksegetikal dengan menggunakan pendekatan historico-gramatical terhadap teks Yohanes 9:1-7 menemukan ketegasan Yesus dalam menolak menghubungkan kebutaan lelaki sejak lahir dalam teks ini dengan dosa pribadi atau keluarganya. Sebaliknya bagi Yesus, kebutaan sejak lahir itu memiliki tujuan untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah atas orang tersebut.
Dalam Yohanes 9:1-7 penolakan Yesus untuk menghubungkan dosa pribadi dengan kecacatan oleh penulis Injil Yohanes terlihat dari dari 3 bukti penting. Bukti pertama adalah pernyataan tegas Yesus kepada para murid-Nya (ay. 1-3a). Bukti kedua adalah penegasan Yesus mengenai alasan keberadaan orang cacat di dunia (ay. 3b-4). Bukti ketiga adalah pernyataan Yesus bahwa Dialah Terang Dunia yang memiliki korelasi dengan penyembuhan orang buta (ay.5-7). Yesus menolak menggarisbawahi dosa pribadi atau keluarga yang mendatangkan kebutaan, karena Allah telah mendesain semua hal itu untuk tujuan pekerjaan-Nya.
Pekerjaan-pekerjaan Allah yang dimaksud berupa perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Yesus dalam menyembuhkan orang buta tersebut. Sebagaimana tujuan tulisan Injil Yohanes agar semua orang percaya, Yesus adalah Mesias, YESUS SUNGGUHNYA ADALAH (ego eimi) Terang Dunia. Penelitian ini memberikan implikasi penting sebagaimana Yesus sendiri maksudkan dari tujuan yang Allah kehendaki dari keberadaan seorang dalam kecacatan di tengah-tengah dunia. Yesus mengharuskan semua orang percaya untuk bertindak melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang dikehendaki Allah berupa melayani dengan totalitas semua orang yang membutuhkan baik itu bagi kaum disabilitas, orang-orang yang terpinggirkan, orang-orang yang tidak dianggap, yang dikucilkan oleh masyarakat setempat, dan lainnya. Dengan kata lain, hal ini terjadi supaya pekerjaan Allah dinyatakan atas semua orang yang melihatnya sehingga, semua orang dapat melihat dan percaya bahwa sesungguhnya Allah selalu menyatakan kuasa dan pemeliharaan-Nya atas
manusia yang mengalami penderitaan. Orang-orang cacat menjadi tanggung jawab orang-orang percaya untuk mengimplementasikan karya Allah itu terhadap sesamanya. Bukan hanya bersimpati (sympathy) melainkan harus menunjukan rasa empati yang nyata (compassion) sebagai bukti dan identitas saling mengasihi seorang murid Kristus dan menjadi alat Tuhan untuk mendatangkan kebaikan bagi sesama dalam kehidupan sehari-hari.


SKRIPSI - YOHANES 9:1-7
PENYANDANG DISABILITAS

Z5055.I5 / .A699 2022

Powered by Koha