Refleksi Teologis Dogmatika Terhadap Praktek Piring Natzar.
Souhoka, Wendy Diana.
Refleksi Teologis Dogmatika Terhadap Praktek Piring Natzar. - Malang: STT Satyabhakti, 2007. - xii, 53p. ilus, 29, 5 cm.
Piring natzar merupakan salah satu kebudayaan Maluku. Piring natzar ini adalah suatu praktek yang digunakan untuk meletakkan persembahan-persembahan berupa uang yang disertai dengan pengucapan janji atau nazar kepada Tuhan oleh masyarakat Maluku. Pemahaman ini terhadap masyarakat desa Ameth dan Ullath ternyata memiliki perbedaan serta dalam prakteknya juga demikian. Bagi kedua desa ini, praktek piring natzar dijadikan sebagai sesuatu yang sakral. Pengsakralan terhadap piring natzar terjadi karena masyarakat menjadikan piring natzar sebagai simbol untuk berelasi dan berkomunikasi dengan Tuhan. Selain itu, piring natzar juga dijadikan sebagai tempat untuk menyembah dan memberi persembahan kepada tete nene moyang. Tradisi ini sampai sekarang masih berlanjut dalam kehidupan masyarakat Kristen di Maluku, karena sesuai dengan semboyan orang Maluku yakni pertama Tuhan, kedua tete nene moyang dan semboyan ini telah menyatu dengan jiwa dan pandangan orang Maluku. Karya tulis ini akan membahas secara singkat realita piringnatzar dalam konteks masyarakat Maluku serta apakah dari segi teologis Alkitabiah dapat menerima praktek penggunaan piring natzar dikalangan umat Kristen di Maluku (khususnya di desa Ameth dan Ullath)?.
Z5055.I5 / .S333 2007
Refleksi Teologis Dogmatika Terhadap Praktek Piring Natzar. - Malang: STT Satyabhakti, 2007. - xii, 53p. ilus, 29, 5 cm.
Piring natzar merupakan salah satu kebudayaan Maluku. Piring natzar ini adalah suatu praktek yang digunakan untuk meletakkan persembahan-persembahan berupa uang yang disertai dengan pengucapan janji atau nazar kepada Tuhan oleh masyarakat Maluku. Pemahaman ini terhadap masyarakat desa Ameth dan Ullath ternyata memiliki perbedaan serta dalam prakteknya juga demikian. Bagi kedua desa ini, praktek piring natzar dijadikan sebagai sesuatu yang sakral. Pengsakralan terhadap piring natzar terjadi karena masyarakat menjadikan piring natzar sebagai simbol untuk berelasi dan berkomunikasi dengan Tuhan. Selain itu, piring natzar juga dijadikan sebagai tempat untuk menyembah dan memberi persembahan kepada tete nene moyang. Tradisi ini sampai sekarang masih berlanjut dalam kehidupan masyarakat Kristen di Maluku, karena sesuai dengan semboyan orang Maluku yakni pertama Tuhan, kedua tete nene moyang dan semboyan ini telah menyatu dengan jiwa dan pandangan orang Maluku. Karya tulis ini akan membahas secara singkat realita piringnatzar dalam konteks masyarakat Maluku serta apakah dari segi teologis Alkitabiah dapat menerima praktek penggunaan piring natzar dikalangan umat Kristen di Maluku (khususnya di desa Ameth dan Ullath)?.
Z5055.I5 / .S333 2007